Di kota modern
seperti Jakarta dengan proyek pembangunan kota yang tanpa henti tentu menarik
untuk mengetahui kebudayaan aslinya. Lalu pertanyaannya adalah. “ Di mana
kita dapat menemukan kehidupan dan budaya warga asli Jakarta saat ini ? ”
Sempat
tersentralisasi di kawasan Condet, Jakarta Timur yang ditetapkan sebagai cagar
budaya Betawi oleh gubernur Ali Sadikin sejak tahun 1974. Namun konsep pembangunan
tak terkendali di kawasan Condet menyebabkan kekhasan sebagai cagar budaya Betawi
sirna. Sehingga cagar budaya Betawi dipindahkan ke Setu
Babakan, Jakarta Selatan pada tahun 2001 oleh gubernur Sutiyoso.
Menempati
lahan sekitar 289 hektar. Setu Babakan dibagi menjadi beberapa zona edukasi
untuk mengenalkan kebudayaan dan kehidupan suku Betawi. Tidak ada tarif yang
dikenakan untuk masuk ke perkampungan budaya Setu Babakan. Sobat Piknik hanya
cukup membayar parkir kendaraan saat memasuki area danau.
Rindang
pepohonan, semilir angin dari arah danau dan sesekali terdengar percakapan dalam
bahasa Betawi dengan logat yang khas menjadikan piknik ke Setu Babakan terasa
berbeda dengan tempat piknik lainnya yang ada di Jakarta.
Di sepanjang
sisi danau, Sobat Piknik dapat menikmati beragam kuliner khas Betawi seperti
kerak telor, laksa, soto, dodol, geplak, es seledang mayang hingga bir pletok.
Travelista rasa, menjaga keterisisan perut adalah hal yang utama dari pada kepala
kleyengan saat mengitari kawasan Setu
Babakan. Hehehe…
Setelah
mengisi perut, tujuan pertama Travelista adalah museum Betawi yang dibangun pada
tahun 2016. Museum tiga lantai ini menyimpan
berbagai koleksi etnografi suku Betawi dari masa ke masa. Tidak perlu membayar tiket untuk masuk ke museum ini. Sobat Piknik cukup
mengisi buku tamu untuk menikmati berbagai koleksi yang ada di dalamnya.
Memasuki
ruang sebelah kanan dari pintu masuk museum. Terdapat ruang yang memajang delapan
ikon Betawi yang dikukuhkan dalam Pergub No. 11 tahun 2017 yaitu ondel - ondel,
kembang kelapa atau langgat, batik Betawi, baju sadariah, kebaya encim atau
kerancang, bir pletok, kerak telor dan ornamen gigi balang.
Di
antara ke delapan ikon Betawi, mungkin ondel – ondel adalah ikon yang paling
populer. Sepasang boneka raksasa yang melambangkan sifat laki - laki dan
perempuan yang tercermin pada warna wajah
ondel - ondel yaitu warna merah melambangkan keberanian dan warna putih
melambangkan kesucian hati.
Jika
ditelusuri dari sejarahnya. Dulu ondel - ondel dibuat dengan tampilan menyeramkan
untuk kegiatan ritual tolak bala atau mengusir roh jahat. Namun seiring
berjalannya waktu, kini tampilan ondel - ondel menjadi lebih menarik dan
menjadi pajangan utama di hampir setiap pintu masuk kantor pemerintahan kota
Jakarta.
Namun
dibeberapa waktu lalu muncul fenomena pengamen ondel – ondel yang tidak
memperhatikan kaidah ondel – ondel sebagai ikon budaya yang penuh filosofi membuat
pemerintah Jakarta melarang ondel – ondel untuk ngamen.
Sebenarnya
ini sebuah dilematis dengan maraknya pengamen ondel - ondel. Satu sisi merupakan sebuah hal positif karena kita dapat
melihat kesenian ondel – ondel setiap waktu. Berbeda dengan dulu yang hanya
dapat kita jumpai di pekan kebudayaan Betawi seperti PRJ. Di satu sisi,
pengamen ondel – ondel yang Travelista lihat, tidak memperhatikan estika boneka
ondel – ondel sebagai warisan budaya yang luhur.
Semakin
jarang pula terlihat pemain gambang kromong yang mengiringi tarian ondel –
ondel. Hanya ada seorang pengamen ondel – ondel dengan pakaian lusuh mendorong
gerobak kecil dengan sound system yang memutar lagu nyok kite nonton ondel –
ondel karya Benyamin Sueb.
Semoga ada jalan tengahnya ya Sobat Piknik ! Agar
kita dapat melihat tarian ondel – ondel sebagai suguhan budaya yang menarik
sehingga kita dapat memberi apresiasi yang lebih tinggi kepada para pemelestari
budaya seperti pengamen ondel - ondel.
Untuk kuliner khas yang terpilih sebagai ikon budaya Betawi adalah kerak
telor yang merupakan penganan berbahan dasar beras ketan dan telur yang dimasak
dengan menggunakan wajan yang dibulak - balik di atas bara api menjadikan
omeletenya orang Betawi ini terasa khas. Dengan taburan sangrai kelapa dan
bawang goreng menciptakan rasa gurih dan nikmat saat disantap dalam keadaan
hangat.
Lalu
minuman yang terpilih sebagai ikon budaya Betawi adalah bir pletok. Terselip tutur
cerita tentang hadirnya minuman yang satu ini. Konon orang betawi yang terkenal
taat beribadah dan memiliki perasaan tidak enakan. Merasa berat hati untuk
menolak tawaran jamuan para juragan Batavia untuk bersantap bersama yang diakhiri
dengan minum bir yang memabukkan. Namun di satu sisi, ajaran agama melarang
untuk meminum minuman yang memabukkan.
Kondisi
tersebut mencetuskan ide untuk menciptakan minuman serupa dengan bir yang dapat
menghangatkan badan namun tidak memabukkan. Hingga terciptalah minuman dengan
komposisi jahe bakar, kayu secang, kayu manis, serai, kapulaga, pala, cengkeh,
daun pandan dan gula yang sekilas menyerupai warna bir. Sedangkan mana pletok karena
dulu minumnya menggunakan bambu sehingga saat dikocok berbunyi suara pletok –
pletok. Dan jadilah minuman ikon Betawi ini disebut dengan bir pletok.
Dan ikon
yang sering Sobat Piknik jumpai adalah ornamen gigi balang yang biasa melekat
pada rumah tradisional Betawi dan kantor pemerintahan kota Jakarta tentunya. Terdapat
berbagai pola ukir ornamen gigi balang yang melambangkan kekokohan. Sobat
Piknik dapat mengamati semua detilnya pada lemari kaca yang ada di ruang galeri
8 ikon budaya Betawi.
Di
seberang galeri 8 ikon budaya betawi terdapat ruang galeri pengantin Betawi yang
memajang koleksi benda seputar kebudayaan Betawi seperti alat transportasi,
perabot dan perlengkapan untuk prosesi pernikahan. Di sini juga terpajang sebilah
golok berukuran besar yang diberi nama Sirajut.
Foto : Zulfikar Dwinas |
Sebenarnya
masih terdapat koleksi artefak budaya yang ada di lantai dua dan tiga. Namun
saat Travelista piknik. Kedua lantai tersebut ditutup karena sedang ada proses
renovasi bangunan. Sayang sakali ya Sobat Piknik. Hehehe…
Di
belakang museum Betawi terdapat sebuah amphiteater yang digunakan untuk
pertunjukan seni budaya seperti lenong, gambang kromong, qasidah, marawis,
hadrah, pencak silat dan tarian khas Betawi lainnya. Pada saat kondisi normal, Sobat
Piknik dapat berinteraksi dengan para penari atau pengisi acara. Seru pastinya
!
Melihat
design nya yang indah, serasa terbayang menyaksikan sebuah pertunjukkan seni
yang memukau dari tribun setengah lingkaran. Tapi dalam kondisi pandemi seperti
sekarang. Seluruh kegiatan seni budaya yang dapat mengundang orang berkerumun terpaksa
dihentikan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan. Hmmm…
Di
sekeliling amphiteater terdapat berbagai rumah tradisional Betawi yang semakin
sulit untuk dijumpai di permukiman. Yaitu rumah panggung, rumah gudang, rumah
joglo, rumah pesisir, rumah kebaya atau rumah bapang. Nampaknya menarik juga ya
Sobat Piknik jika kita punya rumah tradisional seperti ini ?! Hehehe…
Selesai
sudah mempelajari budaya Betawi di museum. Piknik Travelista lanjutkan dengan
menikmati panorama danau yang merupakan asal nama kawasan cagar budaya Setu
Babakan. Sobat Piknik dapat mengelilingi danau sambil menikmati semilir angin dengan
menyewa berbagai wahana permainan air seperti perahu bebek, kano dan perahu
naga.
Karena
Travelista datang bersama si buah hati maka perahu bebek adalah pilihan tepat
selain tarifnya yang terjangkau yaitu sebesar Rp 6.000 untuk si buah hati
berusia 3 - 12 tahun dan Rp 10.000 untuk yang telah berusia > 12 tahun.
Selain
kuliner, Sobat Piknik dapat juga membeli berbagai cindera mata yang ada di
kawasan setu maupun sepanjang jalan akses menuju perkampungan budaya Betawi
Setu Babakan seperti miniatur ondel - ondel, baju adat, batik, kaos bertuliskan
Jakarta, gantung kunci dan berbagai aksesoris lainnya yang berkaitan dengan
kebudayaan Betawi.
Selesai sudah
piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
Seperti
halnya benda. Kesenian dan kebudayaan pun jika tidak dilesatarikan akan musnah.
Travelista sangat mengapresiasi upaya pemda Jakarta dan pihak terkait dalam melestarikan
kesenian dan kebudayaan Betawi yang dikemas dengan menyesuaikan perkembangan
jaman. #SALUT
Komentar
Posting Komentar