Langsung ke konten utama

Menjelang Tahun Baru Imlek di Glodok

Sebagai pusat perniagaan tertua di Indonesia, Glodok tak bisa dipisahkan dengan keberadaan etnis Tionghoa yang ada di Jakarta. Sedikit berbeda dengan hari lainnya, kali ini Travelista melintasi kawasan Glodok menjelang tahun baru imlek.

Dari jalan Gajah Mada perjalanan Travelista belokkan menyusuri jalan Pancoran. Sebagai penanda jalan, terdapat sebuah bangunan tua berarsitektur Tionghoa yang kini menjadi kedai Pantjoran Tea House. Konon bangunan yang sudah berdiri sejak tahun 1635 ini merupakan bekas apotek tertua di jakarta yaitu Apotek Chung Hwa.

Terus berjalan menyusuri jalan Pancoran, terdapat banyak lapak dan toko yang menjual berbagai aksesoris dengan warna dominan merah. Ada pula yang menjual pakaian adat Tionghoa, lilin, perlengkapan sembahyang dan aneka perabot yang dapat Sobat Piknik beli untuk memeriahkan perayaan tahun baru imlek.

Di Tiongkok imlek disebut chun jie yang artinya festival menyambut musim semi. Sedangkan di Indonesia lebih cenderung sebagai perayaan tahun baru yang mengacu pada pergantian tahun lunar. Dan ada juga yang menyebutnya dengan sin cia yang artinya bulan pertama di tahun baru.

Oya Sobat Piknik, saat imlek tentu tak asing mendengar ucapan Gong Xi Fa Cai. Dulu sih Travelista kira artinya selamat tahun baru dalam bahasa mandarin. Eh ternyata artinya semoga mendapat kekayaan semakin berlipah. Hehehe…

Terus menyusuri lorong pertokoan, Travelista menemukan lapak yang menjual angpao. Tentu juga Sobat Piknik tak asing juga dengan istilah yang satu ini. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, angpao artinya uang yang dibungkus dalam kemasan merah.

Tadinya Travelista mau langsung beli beberapa bungkus. Tapi pas dipikir – pikir lagi. “Kayanya Travelista deh yang layak dibagi angpao dari pada membagi angpao”. Hehehe…

Angpao adalah lambang kegembiraan dan semangat yang akan membawa nasib baik. Warna merah melambangkan ungkapan semoga beruntung dan mengusir aura negatif untuk yang membagikannya. Nah, ayo ! Bagi Sobat Piknik yang ingin mengusir aura negatif, Travelista tunggu ya angpao nya ! Hehehe…

Setelah membeli aneka aksesoris, Sobat Piknik dapat membeli juga penganan khas imlek seperti aneka permen import dari Tiongkok, buah nanas, apel, naga atau jeruk serta kue kerajang. Bukan mata ke ranjang ya Sobat Piknik… ! Hehehe…

Nian Gao atau kue keranjang merupakan sejenis jenang atau dodol yang dicetak menggunakan wadah berbentuk keranjang. Kue ini digunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru imlek dan tidak dimakan hingga perayaan Cap Go Meh atau 15 hari setelah imlek.

Selain kue keranjang, hidangan wajib saat perayaan imlek adalah buah jeruk. Dalam bahasa Mandarin nya disebut dengan chi zhe yang artinya buah pembawa rezeki. Konon warna oranye yang cerah adalah manifestasi dari warna emas atau rejeki. Sehingga siapa saja yang membagikannya maka rejekinya akan bertambah. Ayo ! Yang mau mengirimkan jeruk ?! Travelista tunggu loh ! Hehehe…

Dari lorong pertokoan yang penuh dengan lapak pedagang kaki lima. Perjalanan Travelista belokan memasuki kawasan petak enam yang merupakan sebuah spot kuliner tradisional yang ditata dengan konsep modern. Di sini Sobat Piknik dapat memesan aneka kuliner tradisional sesuai selera.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Melihat Miniatur Kalimantan Selatan di Dalam Sebuah Museum

Berkunjung ke museum sebelum melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya adalah hal yang bijak di tengah keterbatasan waktu sambil menunggu penerbangan. Di sela waktu tunggu kali ini Travelista sempatkan untuk mengunjungi museum Lambung Mangkurat yang terletak di jalan Ahmad Yani Kota Banjar Baru. Pertama kali didirikan pada tahun 1907 oleh pemerintahan hindia belanda untuk menyimpan temuan artefak purbakala di Kalimantan Selatan dengan nama museum Borneo namun fungsinya dihentikan saat tentara jepang mulai menduduki Kalimantan Selatan. Borneo museum in Bandjarmasin 1907 koleksi Tropen Museum Pada tanggal 22 Desember 1955 dengan koleksi barang - barang pribadi miliknya. Amir Hasan Kiai Bondan mencoba menghidupkan kembali museum Borneo yang diberi nama museum Kalimantan. Pada tahun 1967 bangunan museum dipugar dan diberi nama museum Banjar hingga dibangun gedung museum baru bergaya rumah Bubungan Tinggi modern yang diberi nama Lambung Mangkurat dan diresmikan kembali oleh Mendikbud D...

Melihat Sisa Perang Dunia Kedua di Pulau Tarakan

Bergeser ke sebelah museum sejarah perminyakan, Travelista berkunjung ke museum sejarah perang dunia kedua. Kalau museum sejarah perminyakan menceritakan tentang penambangan minyak di pulau Tarakan. Museum sejarah perang dunia kedua berusaha menceritakan perang yang disebabkan perebutan tambang minyak di pulau ini. Seperti yang diceritakan dalam sejarah, Tarakan adalah sebuah pulau kosong nan kaya. Selalu jadi perebutan dari era kerajaan Tidung, Bulungan, Belanda hingga Jepang yang kemudian disebut dengan era perang dunia kedua. Perang dunia kedua dilatari persaingan imperialisme ideologi antara blok demokrasi yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Belanda dengan blok komunis yang terdiri dari negara – negara Eropa Timur yaitu Rusia, Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, Cekoslavia dan Rumania serta blok fasisme yang terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang. Selain persaingan imperialisme ideologi, penyebab perang dunia kedua adalah perlombaan senjata di suatu k...

Mengunjungi Etalase Budaya Lampung

Seminggu di kota Bandar Lampung. Diisi kesibukan dengan kerja, kerja dan kerja. Pulang kantor hanya diisi dengan cari kuliner malam ditemani driver ojek online dan nongkrong di tugu Adipura.  Kenapa nongkrong di situ ? Ya, karena kebetulan hotel tempat Travelista menginap ada di sekitar tugu tersebut. Hehehe... Seminggu sudah waktu berlalu, tiket balik ke Jakarta sudah dibooking dengan jadwal penerbangan sore hari. Masih ada sedikit waktu untuk mencari oleh – oleh khas Lampung dan berkunjung ke spot wisata di tengah kota agar tidak terlambat ke bandara.   Yuks, segera bergegas cari oleh - oleh khas. Kalau di Lampung, ya apalagi kalau bukan keripik pisang.  Salah satu sentra penjualan keripik pisang di kota Bandar Lampung terdapat di jalan Pagar Alam Kedaton. Di Sepanjang jalan ini, Sobat Piknik akan dengan mudah menemui kedai penjual keripik pisang yang sudah dibungkus maupun dalam keadaan curah.  Satu hal yang membuat asik belanja di sini adalah Sobat Piknik...