Langsung ke konten utama

Petualangan di Jembatan Cinta Tarumajaya

Piknik kali ini merupakan sebuah ketidaksengajaan. Karena niatnya adalah hanya ingin berkumpul di rumah Personil cabang untuk membahas urusan kantor yang tidak terselesaikan di hari kerja. Dan kebetulan rumah Personil cabang ini terletak di sekitar PLTU Muara Tawar Bekasi. 

Setelah diskusi urusan kantor selesai dan jamuan makan siang khas kampung nelayan habis dilahap. Obrolan santai pun kami lanjutkan di hutan mangrove Tarumajaya yang lokasinya tak jauh dari rumah Personil cabang.

Saat ini belum ada transportasi umum yang menuju ke objek wisata yang ada sisi utara kabupaten Bekasi ini. Sehingga Sobat Piknik hanya dapat menjangkaunya dengan naik kendaraan pribadi atau transportasi online.

Hutan mangrove Tarumajaya buka setiap hari dengan jam operasional dari jam 08.00 - 18.00 WIB. Untuk masuk ke kawasan hutan mangrove Tarumajaya Sobat Piknik akan dikenakan biaya tiket masuk Rp 2.500 perorang dengan biaya tambahan Rp 5.000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil.

Kebetulan Personil cabang adalah warga setempat. Jadi Travelista tidak perlu membayar tiket regular yang Travelista sampaikan tadi malah Travelista diberi diskon 50 % untuk tarif sewa perahu. #lumayan. Hehehe… 

Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Banyak hal yang dapat Sobat Piknik lakukan di hutan mangrove Tarumajaya. Di antaranya adalah naik perahu wisata menuju sunge Jingkem dengan tarif Rp 20.000 per orangnya PP. Tak perlu mencari loket pembelian tiket, Sobat Piknik dapat langsung menghampiri perahu yang bersandar di dermaga. Nanti Sobat Piknik akan diarahkan oleh pengelola untuk naik perahu yang mana.

Bagi Sobat Piknik yang datang dalam rombongan besar dapat menaiki satu perahu tanpa digabung dengan rombongan lain. Tapi bagi Sobat Piknik yang datang dalam rombongan kecil atau datang sendirian dengan membawa luka hati akan digabung dengan rombongan lainnya agar dapat terhibur dan tersenyum kembali. Hehehe…

Tapi kalau memang waktu kunjungan sepi seperti musim hujan, weekday atau sore hari. Perahu langsung berangkat tanpa harus menunggu kapasitas penuh. Begitu kata pengemudi perahu yang sempat Travelista wawancarai beberapa saat sebelum perahu berlayar.

Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Setelah muatan penuh, mesin pun sudah dinyalakan, perlahan perahu mulai meninggalkan dermaga untuk memulai sebuah petualangan seru. Pemandangan, aroma air khas hutan mangrove, riak ombak yang terbelah laju perahu dan semilir angin laut menjadi kawan selama pelayaran.

Sesekali berpapasan dengan perahu nelayan yang sedang mengail atau menjala ikan, saling melambaikan tangan saat berpapasan dengan perahu Sobat Piknik yang baru kembali dari sunge Jingkem, memandang kawanan burung laut yang terbang dari balik pohon bakau merupakan hal yang menarik untuk diabadikan dengan kamera atau smartphone. 

Jembatan cinta Tarumajaya bekasi
Jembatan cinta Tarumajaya bekasi
Jembatan cinta Tarumajaya bekasi
Setelah menempuh waktu sekitar 25 menit pelayaran, parahu pun mulai memasuki muara sungai yang di apit rimbun pohon bakau. Konon dulunya kawasan ini merupakan selokan kotor desa Samudera Jaya yang diubah menjadi tempat wisata menarik oleh forum pemuda peduli lingkungan yang secara swadaya membersihkan muara sungai hingga mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak.

Sunge Jingkem bekasi
Sekitar 3 menit waktu yang dihabiskan dalam pelayaran dari muara sungai menuju dermaga. Setelah perahu bersandar, Sobat Piknik akan dikenakan biaya retribusi masuk kawasan sunge Jingkem Rp 3.000 perorang yang dananya akan digunakan untuk biaya pemeliharan, pengembangan dan pembangunan kawasan sunge Jingkem yang di kelola secara swadaya oleh forum pemuda setempat.

Sunge Jingkem Bekasi
Sunge Jingkem Bekasi
Sunge Jingkem Bekasi
Menyusuri jalan yang terbuat dari anyaman bambu di bawah teduh pohon bakau sejalur dengan alur sungai. Bagi Travelista merupakan hal yang tepat untuk melepas penat dari belantara beton Jakarta.

Terus berjalan ke arah timur, Sobat Piknik akan tiba di epicentrum kawasan wisata sunge Jingkem yang mejadi spot foto paling ramai di kawasan ini. Tapi, Sobat Piknik harus sabar menunggu moment yang tepat untuk mendapatkan hasil foto narsis yang optimal. Hehehe…

Sunge Jingkem Bekasi
Sunge Jingkem Bekasi
Sunge Jingkem Bekasi
Setelah menyusuri wana wisata sunge Jingkem, Sobat Piknik dapat beristirahat sejenak di kedai yang menjual aneka makanan dan minuman sambil menunggu perahu datang menjemput Sobat Piknik kembali ke dermaga Tarumajaya.

Travelista lihat sih terdapat beberapa kedai yang menyediakan mic dan speaker yang dapat Sobat Piknik sewa untuk tarik suara. Sebab kalau tarik perahu biarlah Abang pengemudi perahu yang melakukkannya. Hehehe…

Sunge Jingkem Bekasi
Sunge Jingkem Bekasi
Setelah perahu datang menjemput, bergegas Travelista menuju tempat perahu bersandar. Oya, waktu penjemputan perahu tergantung dari request Sobat Piknik kepada pengemudi perahu. Yang penting tidak melebihi jam 18:00.

Dan Sobat Piknik membayar sewa saat perahu sudah berlabuh kembali di dermaga Tarumajaya. Jadi Sobat Piknik tidak perlu khawatir tidak dijemput lagi sebab pengemudi perahu belum mendapatkan penghasilannya. Hehehe…

sunge jingkem bekasi
Perahu mulai melaju keluar muara sungai Jingkem. Melalui rute yang sama tetapi nuansanya berbeda sebab Travelista kembali saat sore hari. Gurat senja mulai terlihat, teduh lembayung mulai terasa. Mengiring Travelista menyusun kata untuk bercerita.

Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Masih ada sedikit waktu tersisa sebelum kawasan wisata Tarumajaya tutup. Selepas berlabuh di dermaga, Travelista mengunjungi jembatan cinta yang menjadi icon kawasan ini. Sebuah jembatan yang menjadi akses untuk mengunjungi tempat restorasi tamanan bakau di Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove yang disingkat PRPM.

Jembatan kayu berbentuk melengkung dengan cat berwarna – warni menjadikan jembatan ini ideal untuk Sobat Piknik jadikan spot pengambilan foto panorama terbaik di kawasan wisata Tarumajaya.

Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Beranjak dari jembatan cinta, Sobat Piknik dapat menuju tempat pengembangbiakan tanaman mangrove sebelum ditanam di kawasan Tarumajaya dan sekitarnya.

Jembatan Cinta Tarumajaya Bekasi
Terdapat 4 jenis mangrove yang dikembang biakkan di PRPM Bekasi yaitu Rizhopora sp yang dikenali dengan bentuk akar menyerupai jangkar, Brugeria Gymnoriza sp yang dikenali dengan warna batang abu – abu, mangrove Api - Api yang dikenali dengan bentuk akar menyerupai paku dan mangrove Pidada yang hanya tumbuh sekitar 1 meter dengan bentuk buah seperti apel yang dapat diolah menjadi dodol mangrove.

Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Jembatan cinta tarumajaya bekasi
Jembatan cinta tarumajaya bekasi

Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...


Pesan moral :
Gerakan swadaya membersihkan sungai Jingkem yang dimulai oleh aksi pemuda setempat hingga mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Mengajarkan kita bahwa untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik adalah dengan aksi yang dimulai dari diri sendiri. Jadi, mari kita wujudkan visi dengan aksi sehingga tidak sekedar menjadi sebuah teori.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Melihat Miniatur Kalimantan Selatan di Dalam Sebuah Museum

Berkunjung ke museum sebelum melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya adalah hal yang bijak di tengah keterbatasan waktu sambil menunggu penerbangan. Di sela waktu tunggu kali ini Travelista sempatkan untuk mengunjungi museum Lambung Mangkurat yang terletak di jalan Ahmad Yani Kota Banjar Baru. Pertama kali didirikan pada tahun 1907 oleh pemerintahan hindia belanda untuk menyimpan temuan artefak purbakala di Kalimantan Selatan dengan nama museum Borneo namun fungsinya dihentikan saat tentara jepang mulai menduduki Kalimantan Selatan. Borneo museum in Bandjarmasin 1907 koleksi Tropen Museum Pada tanggal 22 Desember 1955 dengan koleksi barang - barang pribadi miliknya. Amir Hasan Kiai Bondan mencoba menghidupkan kembali museum Borneo yang diberi nama museum Kalimantan. Pada tahun 1967 bangunan museum dipugar dan diberi nama museum Banjar hingga dibangun gedung museum baru bergaya rumah Bubungan Tinggi modern yang diberi nama Lambung Mangkurat dan diresmikan kembali oleh Mendikbud D

Mengunjungi Etalase Budaya Lampung

Seminggu di kota Bandar Lampung. Diisi kesibukan dengan kerja, kerja dan kerja. Pulang kantor hanya diisi dengan cari kuliner malam ditemani driver ojek online dan nongkrong di tugu Adipura.  Kenapa nongkrong di situ ? Ya, karena kebetulan hotel tempat Travelista menginap ada di sekitar tugu tersebut. Hehehe... Seminggu sudah waktu berlalu, tiket balik ke Jakarta sudah dibooking dengan jadwal penerbangan sore hari. Masih ada sedikit waktu untuk mencari oleh – oleh khas Lampung dan berkunjung ke spot wisata di tengah kota agar tidak terlambat ke bandara.   Yuks, segera bergegas cari oleh - oleh khas. Kalau di Lampung, ya apalagi kalau bukan keripik pisang.  Salah satu sentra penjualan keripik pisang di kota Bandar Lampung terdapat di jalan Pagar Alam Kedaton. Di Sepanjang jalan ini, Sobat Piknik akan dengan mudah menemui kedai penjual keripik pisang yang sudah dibungkus maupun dalam keadaan curah.  Satu hal yang membuat asik belanja di sini adalah Sobat Piknik dapat mencicipi se

Melihat Sisa Perang Dunia Kedua di Pulau Tarakan

Bergeser ke sebelah museum sejarah perminyakan, Travelista berkunjung ke museum sejarah perang dunia kedua. Kalau museum sejarah perminyakan menceritakan tentang penambangan minyak di pulau Tarakan. Museum sejarah perang dunia kedua berusaha menceritakan perang yang disebabkan perebutan tambang minyak di pulau ini. Seperti yang diceritakan dalam sejarah, Tarakan adalah sebuah pulau kosong nan kaya. Selalu jadi perebutan dari era kerajaan Tidung, Bulungan, Belanda hingga Jepang yang kemudian disebut dengan era perang dunia kedua. Perang dunia kedua dilatari persaingan imperialisme ideologi antara blok demokrasi yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Belanda dengan blok komunis yang terdiri dari negara – negara Eropa Timur yaitu Rusia, Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, Cekoslavia dan Rumania serta blok fasisme yang terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang. Selain persaingan imperialisme ideologi, penyebab perang dunia kedua adalah perlombaan senjata di suatu k