Perjalanan dinas kali ini mengantarkan Travelista ke kota Manado.
Sebenarnya sudah sejak puluhan tahun lalu Travelista mencita - citakan dapat
mengunjungi ibukota provinisi Sulawesi utara yang terkenal berkat keindahan
alamnya.
Sudah beberapa kali Travelista hampir melakukan perjalanan
dinas ke sana. Tetapi karena satu dan lain hal, rencana itu selalu batal. Bersyukur
di tahun ini akhirnya takdir membawa Travelista mengunjungi bumi nyiur
melambai. Sebuah julukan bagi provinsi Sulawesi utara yang sudah Travelista
hafal karena sering membaca buku RPUL ketika akan mengikuti lomba cerdas cermat
di waktu SD dulu.
Mungkin kalau anak SD jaman sekarang sudah tidak kenal dengan
buku RPUL atau RPAL ya Sobat Piknik ?! Semua tinggal cari di google ! Kalau
dulu mah, kalau tidak dihafal mau tanya ke siapa ? Harus buka buku tebal lagi !
Hehehe…
Lagi pula waktu Travelista SD dulu. Setiap jam pulang
sekolah, guru Travelista selalu mengadakan quiz cerdas cermat kepada muridnya.
Siapa yang bisa menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat, maka akan pulang
duluan. Tapi kalau menjawabnya lambat dan salah terus, tentu akan pulang paling
akhir plus dapat tugas tambahan. Hehehe…
Sebuah kompetisi yang Travelista
rindukan ! Tidak tahu apakah anak SD jaman sekarang masih ada kompetisi semacam
ini ?
Tiba di bandara Sam Ratulangi, Travelista sudah ditunggu Personil cabang yang sudah menanti bahkan sebelum pesawat landing. Hehehe...
Tiba di bandara Sam Ratulangi, Travelista sudah ditunggu Personil cabang yang sudah menanti bahkan sebelum pesawat landing. Hehehe...
Bandara Sam Ratulangi merupakan pintu akses termudah untuk mengunjungi Sulawesi
utara selain via pelabuhan Bitung.
Hari masih pagi, saatnya mencari asupan gizi agar perut
terisi. Pilihannya jatuh pada tinutuan atau bubur Manado. Sebuah opsi paling
aman karena kuliner Manado kaya akan aneka olahan daging yang tidak semuanya
dapat Travelista makan dan tinutuan adalah makanan berbahan aneka sayuran tanpa
daging.
Kali ini Travelista mencoba tinutuan yang ada di komplek pasar Segar Paal Dua, tak jauh dari kantor cabang tempat Travelista bekerja. Dilihat dari proses pembuatan tinutuan cukup sederhana sehingga tidak terlalu lama menunggu datangnya seporsi tinutuan panas yang Travelista pesan.
Kali ini Travelista mencoba tinutuan yang ada di komplek pasar Segar Paal Dua, tak jauh dari kantor cabang tempat Travelista bekerja. Dilihat dari proses pembuatan tinutuan cukup sederhana sehingga tidak terlalu lama menunggu datangnya seporsi tinutuan panas yang Travelista pesan.
Dilihat dari komposisi
bahan tinutuan terdiri dari campuran beras, labu kuning, singkong, jagung,
bayam, kangkung, kemangi dan daun gedi yang merupakan sayur khas Sulawesi utara
yang berfungsi sebagai penambah rasa gurih serta mengentalkan kuah tinutuan.
Hmmm… Patut dicoba.
Setelah menaruh
tas di kantor, Travelista sempatkan untuk piknik dulu sebelum berjikabu dengan
proyek kelas tuna di cabang ini. Hehehe...
Sesi Travelista baru dimulai esok
hari, jadi waktu luang ini Travelista gunakan untuk berkeliling kota Manado dan
sekitarnya.
Tujuan piknik pertama Travelista adalah monumen lilin yang merupakan simbol kerukunan umat beragama kota manado yang ada di kawasan pelabuhan Soekarno. Memang sejak lama kota Manado terkenal sebagai daerah dengan memiliki kerukunan umat beragama yang tinggi dan hampir tidak pernah terdengar berita konflik antar beragama di kota ini. #SALUT
Tujuan piknik pertama Travelista adalah monumen lilin yang merupakan simbol kerukunan umat beragama kota manado yang ada di kawasan pelabuhan Soekarno. Memang sejak lama kota Manado terkenal sebagai daerah dengan memiliki kerukunan umat beragama yang tinggi dan hampir tidak pernah terdengar berita konflik antar beragama di kota ini. #SALUT
Dari monumen lilin, Travelista menuju jembatan Soekarno. Di atas jembatan ini Sobat Piknik dapat melihat pemandangan pulau Manado tua dan dermaga pelabuhan yang ada di bawahnya. Bagi Sobat Piknik yang ingin ke Bunaken, Sangir dan Talaud dapat naik kapal dari pelabuhan ini.
Dari
jembatan Soekarno, Travelista mampir ke salah satu pusat kuliner legendaris
kota Manado yang terletak di jalan roda atau biasa di sebut Jarod. Puluhan
kedai kopi berjejer rapi di sebuah gang sempit yang selalu dipadati Sobat
Piknik ini.
Karena saking
banyaknya kedai kopi di kawasan jalan Roda, akhirnya langkah Travelista
terhenti di kedai kopi Pak Saleh. Dengan meja kayu dan kursi plastik sederhana
menjadi tempat yang istimewa bagi Sobat Piknik untuk menikmati secangkir kopi
hangat di kawasan yang konon sudah ada sejak jaman belanda.
Selain namanya yang sudah melegenda, salah satu keistimewaan kopi di jalan Roda adalah penggunaan bara arang untuk memanaskan air yang dipakai menyeduh kopi sehingga rasanya menjadi khas dan JUARA...!
Selain namanya yang sudah melegenda, salah satu keistimewaan kopi di jalan Roda adalah penggunaan bara arang untuk memanaskan air yang dipakai menyeduh kopi sehingga rasanya menjadi khas dan JUARA...!
Sudah tidak penasaran dengan kopi jalan Roda, Travelista coba untuk menghilangkan rasa penasaran berikutnya yaitu daging tuna. Dikenal sebagai daerah penghasil tuna terbesar di Indonesia, maka tak heran jika hampir di setiap sudut jalan terdapat kedai ikan bakar yang kepulan asap harum yang menggugah selera.
Kali ini Travelista mencicipi ikan tuna bakar di kedai Tuna House cabang Paniki. Kedai ini tersebar di beberapa wilayah kota Manado dan cukup populer bagi Sobat Piknik pernah berkunjung ke sini.
Kali ini Travelista mencicipi ikan tuna bakar di kedai Tuna House cabang Paniki. Kedai ini tersebar di beberapa wilayah kota Manado dan cukup populer bagi Sobat Piknik pernah berkunjung ke sini.
Daging tuna segar yang dibakar di atas bara membuat sepotong fillet tuna tebal menjadi juicy. Racikan bumbu istimewa membuat daging tuna tidak terasa amis dan paduan sambal rica yang pedas gurih menjadikan rasanya menjadi JUARA...!!!
Setelah perut terisi, persinggahan piknik selanjutnya adalah
klenteng Ban Hin Kiong yang merupakan klenteng tertua di kota Manado yang
dibangun pada tahun 1819.
Pada awalnya klenteng Ban Hin Kiong dibangun dengan
material kayu dan mengalami beberapa kali perubahan hingga seperti yang Sobat
Piknik lihat saat ini.
Di seberang klenteng Ban Hin Kiong, terdapat klenteng Kwan
Kong yang dibangun tahun 1967. Nama klenteng ini diambil dari nama seorang
pahlawan dengan sifat jujur dan setia yang kisahnya terukir pada relief di tembok halaman klenteng.
Dari klenteng Kwan Kong, Travelista mengunjungi simbol
keagamaan berikutnya yaitu monumen Yesus memberkati yang terletak di kawasan
perumahan Citraland Manado. Patung yang terbuat dari material baja ini memiliki
sudut kemiringan 20 derajat sehingga menjadikannya sebagai patung Yesus
“terbang” pertama dan tertinggi di dunia.
Pesan moral :
- Berkaca dari cita - cita yang Travelista buat pada puluhan tahun lalu untuk mengunjungi kota Manado. Semakin meyakinkan Travelista untuk bersabar dalam mewujudkan cita – cita. Yakinlah bahwa takdir akan membawa kita bertemu dengan cita – cita walau dalam waktu dan cara yang berbeda.
- Di jalan roda yang selalu dipenuhi berbagai kalangan. Travelista menemukan makna minum kopi sebagai sebuah budaya. Kopi bukan lagi sekedar komoditi melainkan alat untuk berinteraksi dan diplomasi. #Diplomasikopi.
- Patung Yesus yang ada di kawasan perumahan yang diinisasi oleh pengembangnya dengan tujuan mengingatkan kita untuk selalu ingat Tuhan. Membuat Travelista merenungi bahwa sesibuk dan sesukses apapun bisnis yang kita punya. Kita harus tetap memiliki ruh keimanan agar apa yang kita lakukan tidak keluar dari nilai kebenaran.
Komentar
Posting Komentar