Langsung ke konten utama

Kampung Karst Purbakala

Untuk kali kedua Travelista mengunjungi kantor cabang Kota Makassar, kali ini Travelista sengaja pilih hotel dekat terminal Daya. Soalnya belajar dari pengalaman yang lalu, kalau menginap di kota Makassar minimal dua kali naik pete - pete untuk mencapai kabupaten Maros. 

Selain itu, ada Personil cabang yang rumahnya tak jauh dari hotel tempat Travelista menginap sehingga tidak menyulitkannya untuk antar jemput Travelista dari hotel - kantor - hotel. Hmmm… Sempurna !

Setelah seminggu bekerja, akhir pekan pun tiba. Pilihan tujuan pikniknya, kalau tidak ke Leang – Leang ya ke Rammang – Rammang. Tapi setelah melakukan perbandingan, nampaknya ke Rammang – Rammang lebih menarik untuk dikunjungi dan aksesnya pun lebih mudah dari pada ke Leang – Leang, sehingga Travelista putuskan piknik kali ini ke Rammang – Rammang.

Dari hotel, Travelista hanya sekali naik pete – pete menuju Rammang – Rammang dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Tadinya sopir pete – pete menawarkan Travelista untuk mengantar hingga dermaga. Tapi ya ongkosnya pasti lebih mahal, makanya tawaran tersebut langsung saja Travelista tolak. Lagi pula pete – pete harus putar arah karena dari arah Makassar kendaraan tidak bisa langsung belok kanan sebab ada perbedaan tinggi jalan.

Akhirnya Travelista diturunkan di pertigaan semen Bosowa dengan ongkos Rp 10.000. Dari situ Sobat Piknik bisa naik ojek atau berjalan kaki. Tapi seperti biasa, Travelista pilih untuk berjalan kaki saja. Ya namanya juga blog ala - ala backpacker, masa mau keluar uang lebih untuk manfaat yang bisa dialihkan ?! Hehehe…

Jarak dari tempat turun pete - pete ke dermaga terdekat yaitu dermaga 1 adalah sekitar 850 meter. Tidak terlalu jauh bukan ?! Kalau ke dermaga 2 berjarak sekitar 3 kilometer. Karena jalan kaki, ya tentu Travelista pilih dermaga 1. Selain itu, waktu tempuh susur sungai dari dermaga 1 lebih jauh dibanding dermaga 2, jadi tentu lebih seru jika Travelista mulai dari dermaga 1.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, Travelista sampai di dermaga 1 kampung karst Rammang – Rammang. Rata – rata yang datang ke sini secara berkelompok atau rombongan sehingga dapat memilih perahu yang lebih besar dan tentu biaya perorang menjadi lebih murah. Untuk Sobat Piknik ketahui bahwa biaya sewa perahu kampung karst Rammang – Rammang adalah :
  • Rp 200.000 untuk 1 - 4 orang.
  • Rp 250.000 untuk 5 - 7 orang
  • Rp 300.000 untuk 8 - 10 orang. Harga tersebut menyesuaikan dengan ukuran dan kapasitas perahu yang dipakai.

Wah, Travelista datang cuma berdua, tetap masuk golongan sewa Rp 200.000. Lumayan mahal juga kalau untuk berdua jadi kena Rp 100.000 perorang. Harus cari 2 orang lagi yang mau joint agar perorang hanya bayar Rp 50.000 ! Travelista selalu berharap setiap Sobat Piknik yang datang bukan anggota rombongan tour. 

Setiap Sobat Piknik yang baru datang ke dermaga langsung Travelista hampiri agar bersedia share cost dengan Travelista. Waduh, gayanya sudah seperti calo pelabuhan. Hehehe...

Setelah dicoba beberapa kali hingga dermaga sepi karena semua Sobat Piknik sudah naik perahu bersama rombongannya. Ya langkah terakhir adalah nego harga sewa dengan petugas jaga perahu ! Untung dulunya Travelista pernah jadi purchasing. Akhirnya ilmu negosiasi Travelista terapkan lagi di sini. Hehehe...

Dengan trik memanfaatkan situasi pengunjung yang tidak terlalu ramai. Itu terlihat dari banyak petugas perahu yang stand by di dermaga dan alasan Travelista datang dari jauh hanya berdua. Akhirnya setelah nego sana – sini, Travelista dapat harga sewa perahu Rp 150.000. Ah, lumayanlah dari pada harus bayar Rp 100.000 perorang ! 

Karena memang tarif yang ditawarkan sudah tercantum di papan pengumuman yang terpajang di dermaga dan itu berdasarkan ketentuan Perda bukan harga nembak seperti yang masih terjadi beberapa tempat wisata daerah lain. #MAROSBAGUS!!! Jadi Travelista kira, ya masuk akal juga kalau harganya tidak bisa diturunkan lagi. Hehehe...

Dengan menaiki perahu kecil Travelista pun mulai petualangan menyusuri sungai Pute. Bagi Travelista, menyusuri sungai adalah hal baru dan seru tentunya. Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa sungai Pute ini unik karana airnya berwarna hijau dan tidak mengalir deras seperti sungai pada umumnya. 

Dibilang mangrove, rasanya bukan karena bukan di muara sungai atau pantai. Di sini juga tidak terdapat vegetasi bakau melainkan tanaman palem. Dibilang bukan mangrove tapi airnya berwarna hijau diapit pepohonan. Hmmm…Travelista jadi bingung !? Tapi konon sungai Pute ini terbentuk dari air laut yang terjebak karena naiknya permukaan bumi di masa lalu. Hmmm… Pantesan !

Setelah menyusuri sungai Pute sekitar 25 menit, akhirnya Travelista tiba di kampung Berua. Sebuah kampung geowisata yang ribuan tahun lalu merupakan danau besar di tengah perbukitan karst.

Untuk masuk ke kawasan geowisata kampung Berua, Sobat Piknik akan dikenakan retribusi Rp 5.000 perorang. Sobat Piknik tidak perlu khawatir dengan kondisi jalan yang becek, sebab kampung dengan segala keunikan alamnya ini sudah dibuatkan jalan bilah kayu yang membuat kampung ini menjadi lebih instagramable.

Di kawasan Rammang – Rammang sendiri terdapat beberapa spot menarik yang dapat Sobat Piknik kunjungi. Spot pertama yang Travelista tuju adalah padang Ammurung. Sebuah padang batu karang hitam yang terhampar di antara bentangan bukit karst Rammang - Rammang. 

Hal unik yang dapat Sobat Piknik temukan di padang Amurung adalah serpihan kerang laut, batu karang hitam dan oase yang terdapat di celah batuan lembah.

Berada di padang Amurung, Travelista serasa berada di sepenggal bagian bumi terpencil yang hening, sepi, berselimut desir angin dan gemuruh air. Sebuah pengalaman yang menakjubkan !

Dari padang Amarung perjalanan Travelista lanjutkan ke situs Pasaung atau batu Kingkong. Sebuah tebing peninggalan prasejarah yang ada di kawasan karst Ramang – Ramang. 

Di tebing ini Sobat Piknik dapat melihat bukti bahwa manusia prasejarah pun memiliki daya seni. Hal tersebut dapat Sobat Piknik lihat pada salah satu bagian tebing yang menyerupai lukisan kingkong atau gorila. 

Di situs ini Sobat Piknik juga dapat menemukan serpihan kulit kerang khas pantai pada jalan setapak menuju tebing Pasaung.

Dari situs Pasaung perjalanan Travelista teruskan menuju goa berlian. Menyusuri area persawahan dan memasuki lorong karst adalah hal seru saat menuju goa berlian. 

Nanti setelah Sobat Piknik melewati lorong karst akan di sapa oleh penjaga kawasan. Mau masuk ke goa ji ? Maka saat itulah Sobat Piknik harus membayar retribusi Rp 5.000 perorang. Hehehe…

Setelah menaiki bukit karst, Sobat Piknik akan disambut oleh pemandu yang sudah menunggu di mulut goa. Nanti Sobat Piknik akan diberitahu spot - spot menarik seperti batu gajah yang dapat Sobat Piknik temukan di mulut goa.

Batuan berlian di goa ini berada di “lantai dua”. Untuk melihatnya Sobat Piknik harus menaiki tangga kayu dengan untaian tali pegangan, menerobos celah sempit ke dalam goa. 

Dengan lingkar pinggang nomor 32, baju Travelista pun kotor tergesek tanah celah goa. Kalau lingkar pinggang > 32, kira – kira muat ga yah ?! Ya, coba saja dulu ya Sobat Piknik ! Siapa tau bisa masuk, tapi kalau keluar mah nggak janji yah ! Hehehe…

Berbekal lampu senter yang dibawa pemandu, Sobat Piknik akan ditunjukkan area mana yang memiliki batuan berlian seperti nama yang disematkan pada goa ini. TAPI INGAT ! JANGAN SENTUH BATU BERLIANNYA !

Hari semakin sore, hujan mulai rintik – rintik, pengunjung pun tinggal satu dua rombongan. Travelista harus segera bergegas menuju dermaga kampung Berua, tempat perahu bersandar. Kasihan juga pengemudi perahu kalau Travelista kembali terlalu sore. Mana ongkosnya pake nawar lagi ! Hehehe…


Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...

Bersambung ke artikel : Menikmati Sore di Paotere...



Pesan moral :
Dari Rammang – Rammang Travelista dapat belajar bahwa evolusi bumi dapat mengubah tatanan kehidupan. Dan kita tidak pernah tau apakah suatu saat nanti tempat yang kita pijak ini akan tetap dalam kondisi yang sama atau berevolusi seperti kawasan Rammang – Rammang ? Atau terdegradasi karena abrasi atau bencana karena ulah kita yang tidak ditanggulangi sejak dini ? Travelista berharap kita dapat berusaha semampu yang kita bisa agar bumi ini tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. #gogreen

Komentar

  1. Thank you sharingnya bang, komplit dan detail. Nanti desember saya planning untuk solo trip ke sini, untuk biaya kapalnya itu 200 ribu misalkan harga bulak balik kah? Berapa lama kira2 wajarnya jalan-jalan di dusun berua ya bang. Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya itu tarif perahu PP Bang. Kita di tungguin oleh pengemudi perahu di dermaga dari awal datang hingga pulang. Awalnya di kira cuma di drop dan akan di jemput lagi berdasarkan request mau di jemput jam berapa ? Seperti di tempat wisata serupa di https://www.sangtravelista.com/2016/09/bandar-lampung.html?m=1. Eh malah di tungguin beneran. Hehehe...

      Hapus

Posting Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Melihat Sisa Perang Dunia Kedua di Pulau Tarakan

Bergeser ke sebelah museum sejarah perminyakan, Travelista berkunjung ke museum sejarah perang dunia kedua. Kalau museum sejarah perminyakan menceritakan tentang penambangan minyak di pulau Tarakan. Museum sejarah perang dunia kedua berusaha menceritakan perang yang disebabkan perebutan tambang minyak di pulau ini. Seperti yang diceritakan dalam sejarah, Tarakan adalah sebuah pulau kosong nan kaya. Selalu jadi perebutan dari era kerajaan Tidung, Bulungan, Belanda hingga Jepang yang kemudian disebut dengan era perang dunia kedua. Perang dunia kedua dilatari persaingan imperialisme ideologi antara blok demokrasi yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Belanda dengan blok komunis yang terdiri dari negara – negara Eropa Timur yaitu Rusia, Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, Cekoslavia dan Rumania serta blok fasisme yang terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang. Selain persaingan imperialisme ideologi, penyebab perang dunia kedua adalah perlombaan senjata di suatu k...

Melihat Miniatur Kalimantan Selatan di Dalam Sebuah Museum

Berkunjung ke museum sebelum melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya adalah hal yang bijak di tengah keterbatasan waktu sambil menunggu penerbangan. Di sela waktu tunggu kali ini Travelista sempatkan untuk mengunjungi museum Lambung Mangkurat yang terletak di jalan Ahmad Yani Kota Banjar Baru. Pertama kali didirikan pada tahun 1907 oleh pemerintahan hindia belanda untuk menyimpan temuan artefak purbakala di Kalimantan Selatan dengan nama museum Borneo namun fungsinya dihentikan saat tentara jepang mulai menduduki Kalimantan Selatan. Borneo museum in Bandjarmasin 1907 koleksi Tropen Museum Pada tanggal 22 Desember 1955 dengan koleksi barang - barang pribadi miliknya. Amir Hasan Kiai Bondan mencoba menghidupkan kembali museum Borneo yang diberi nama museum Kalimantan. Pada tahun 1967 bangunan museum dipugar dan diberi nama museum Banjar hingga dibangun gedung museum baru bergaya rumah Bubungan Tinggi modern yang diberi nama Lambung Mangkurat dan diresmikan kembali oleh Mendikbud D...

Mengunjungi Etalase Budaya Lampung

Seminggu di kota Bandar Lampung. Diisi kesibukan dengan kerja, kerja dan kerja. Pulang kantor hanya diisi dengan cari kuliner malam ditemani driver ojek online dan nongkrong di tugu Adipura.  Kenapa nongkrong di situ ? Ya, karena kebetulan hotel tempat Travelista menginap ada di sekitar tugu tersebut. Hehehe... Seminggu sudah waktu berlalu, tiket balik ke Jakarta sudah dibooking dengan jadwal penerbangan sore hari. Masih ada sedikit waktu untuk mencari oleh – oleh khas Lampung dan berkunjung ke spot wisata di tengah kota agar tidak terlambat ke bandara.   Yuks, segera bergegas cari oleh - oleh khas. Kalau di Lampung, ya apalagi kalau bukan keripik pisang.  Salah satu sentra penjualan keripik pisang di kota Bandar Lampung terdapat di jalan Pagar Alam Kedaton. Di Sepanjang jalan ini, Sobat Piknik akan dengan mudah menemui kedai penjual keripik pisang yang sudah dibungkus maupun dalam keadaan curah.  Satu hal yang membuat asik belanja di sini adalah Sobat Piknik...