Langsung ke konten utama

Berwisata di Delta Sungai Mahakam

Kali ini Travelista piknik ke kota Tenggarong. Sebuah kota yang berjarak sekitar 30 km dari pusat kota Samarinda. Perjalanan dari Samarinda ke Tenggarong, Travelista tempuh sekitar 1 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Melewati jalan berbukit di tengah hutan Borneo merupakan sebuah pengalaman mengasikkan menjelajahi dua kota terbesar di Kalimantan timur secara bersamaan.

Saat nanti tiba di perbatasan kota, Sobat Piknik akan disambut oleh patung Lembu Swana. Terus saja menyusuri jalan AP Mangkunegara hingga akhirnya Sobat Piknik tiba di salah satu ikon kota Tenggarong yaitu jembatan Tenggarong yang membentang di atas sungai Mahakam.

Setelah melintasi jembatan, spot iconic Tenggarong lainnya adalah Jam bentong yang berarti jam besar dalam bahasa kutai. Monumen yang berfungsi sebagai tourism centre kota Tenggarong ini diresmikan pada tanggal 2 mei 2002 oleh Bupati Kutai Kartanegara periode 1999 - 2004 Syaukani Hasan Rais.

Dari jam bentong, spot piknik yang Travelista tuju selanjutnya adalah pulau Kumala yaitu sebuah delta yang berada di tengah Sungai Mahakam. Dengan luas sekitar 76 hektar, delta ini dirancang menjadi sebuah taman rekreasi bertemakan budaya yang ada di kota Tenggarong.

Konon dulu untuk mencapai pulau Kumala Sobat Piknik harus naik perahu atau ketinting. Namun kini Sobat Piknik dapat mencapainya dengan melintasi jembatan repo – repo yang menghubungkan Tenggarong daratan dengan pulau Kumala. Jembatan yang dirancang untuk pejalan kaki ini diresmikan pada tanggal 22 maret 2016 oleh Bupati Kutai Kartanegara periode 2010-2015 dan 2016-2021 Rita Widyasari.

Nanti di sepanjang pagar jembatan, Sobat Piknik dapat melihat banyak gembok “cinta” yang disematkan oleh Sobat Piknik yang pernah berkunjung ke pulau Kumala. Karena dasar itulah jembatan ini disebut dengan jembatan repo – repo yang berarti gembok. 

Setelah menyusuri jembatan sepanjang 230 meter ini, Sobat Piknik tiba di loket masuk pulau Kumala. Untuk masuk ke delta Sungai Mahakam ini, Sobat Piknik akan dikenakan biaya masuk sebesar Rp 7.000 untuk Sobat Piknik dewasa dan Rp 5.000 untuk Sobat Piknik anak – anak.

Pulau Kumala cukup luas. Terdapat lima cara untuk mengeliling pulau ini. Pertama dengan berlari, jalan kaki, digendong, sewa motor atau sewa sepeda. Travelista pilih cara kelima untuk mengelilingi pulau ini. Hehehe… 

Secara umum pulau ini terdiri dari dua zona. Yaitu zona teduh di mana jalan yang Sobat Piknik lalui ternaungi oleh rindang pepohonan dan zona terik di mana sinar mentari dapat langsung menyengat kulit Sobat Piknik. Hehehe…

Dari tempat penyewaan sepeda Travelista langsung gowes menuju ujung selatan pulau Kumala yang merupakan titik terjauh pulau ini jika diukur dari pintu masuk. Inilah adalah zona teduh yang tadi Travelista maksud. Pepohonan di zona ini tinggi dan besar sehingga dapat menaungi Sobat Piknik dari terik sinar mentari khatulistiwa yang terasa lebih panas jika dibanding terik mentari Jakarta.

Di ujung selatan pulau terdapat patung Lembu Swana yang menjulang tegak menghadap jembatan Kutai Kartanegara yang megah. Lembu Swana merupakan lambang kerajaan Kutai Kartanegara terbuat dari bahan kuningan yang dibuat di Thailand pada tahun 1850.

Sebenarnya agak sulit untuk menterjemahkan hewan mitologi kerajaan Kutai Kertanegara ini. Bermahkota tapi bukan raja, berbadan sapi tapi bukan lembu, menyerupai kuda tapi bersayap, bersayap tapi bukan burung, bertanduk tapi bukan kerbau, bertelinga rusa tapi bukan rusa, berbelalai dan bergading tapi bukan gajah, bergigi taring tajam tapi bukan babi, berjanggut tapi bukan kambing, bersisik tapi bukan naga, berlidah panjang tapi bukan anjing, berkuku panjang tapi bukan macan, bertaji tapi bukan ayam. Lalu mahkluk apakah ini ???!!! Sulitkan, yah Sobat Piknik untuk mendeskripsikan mahkluk ini ?! Hehehe…

Yang pasti hewan mitologi kebanggaan warga Kutai Kertanegara ini hadir seiring perkembangan kerajaan Kutai lama bertepatan dengan kelahiran Putri Karang Melenu. Istri dari pendiri kerajaan Kutai yaitu Maharaja Aji Barata Agung Dewa Sakti.

Dari patung Lembu Swana, gowes Travelista lanjutkan kembali ke tangah pulau. Persinggahannya adalah Dayak experience centre. Sebuah lamin dibangun untuk memperkenalkan kebudayaan suku Dayak yang ada di Kutai Kartanegara.

Memasuki ruang pamer Dayak eksperience centre Sobat Piknik dapat melihat koleksi berbagai caping atau sa’ung dalam bahasa Dayak. Di antaranya sa'ung kalung inoq, sa’ung asek, sa’ung aban dan sa'ung belip yaitu tudung kepala bermotif khas Dayak yang terbuat dari daun sang yang banyak terdapat di hutan Kalimantan.

Di sini pun Sobat Piknik dapat melihat koleksi alat musik tradisional seperti sape atau gitar khas dayak, pompoq, geniq, gimar atau gendang kayu nangka atau kayu perau suku dayak benuag yang biasa digunakan untuk acara belian sentiu, gugu tahun, kwangkai atau acara adat lainnya.

Di bagian tengah ruang memajang berbagai perkakas pertanian dan perkebunan seperti gawaag atau brangka solai yaitu wadah untuk membawa hasil kebun yang terbuat dari anyaman rotan, gentuq, kapen asau, pee'it keling atau ani - ani, lingga atau arit dan wase atau kampak.

Pada bagian belakang lamin, Sobat Piknik dapat melihat koleksi pakaian adat suku Dayak yang ada di sekitar Kutai Kartanegara seperti pakaian adat Dayak Kenyah yang terbuat dari kain blacu atau jomok atau kulit kayu. Pakaian adat Dayak Benuaq yang disebut sape samaq suaq yang terbuat dari kulit kayu petut atau kayu racun yang dihaluskan dengan cara dipukul - pukul dengan oncar atau palu kayu petut.

Sape tumpal yang dipakai untuk upacara adat seperti upacara perkawinan, penyambutan tamu, pengobatan dan kematian yang terbuat dari benang wool yang di sulam dengan tangan. Lalu ada sape sonang doyo bawe yang biasa gunakan sebagai mahar yang terbuat dari daun doyo dan pakaian adat Dayak Punan yang terbuat dari katun.

Dan koleksi terkahir yang dapat Sobat Piknik nikmati di Dayak experience center adalah hedog ewoe atau topeng babi hutan yang digunakan dalam tari hedog untuk memanggil roh leluhur atau menghalau hama di ladang. Hedog hepeu yaitu topeng yang merepresentasikan karakter manusia yang mewakili jelamaan roh Raja pembela rakyatnya dan hedog tonggaep untuk memanggil roh dari epae legean atau gunung tertinggi yang biasa digunakan dalam upacara pemulihan suasana kehidupan.

Masih di sekitar Dayak experience center, terdapat beberapa lamin besar lainnya yaitu lamin mancong dan lamin pertunjukan acara adat. Oya Sobat Piknik, di area ini Sobat Piknik juga dapat melihat beberapa sarang semut raksasa yang biasa dijumpai di Merauke Papua. Pokoknya seru lah Sobat Piknik !

Nah, pada bagian tengah pulau ini, terdapat sebuah spot instagramable tersembunyi dan terus terang memang rada sulit untuk ditemukan karena sebagian besar Sobat Piknik memilih untuk menyusuri jalan zona teduh sepanjang aliran sungai. Spot instagramable itu adalah Pura Pasak Pulau yang merupakan tempat ibadah agama Hindu di Kabupaten Kutai Kartanegara. Sekilas memang mirip pura di Bali, tetapi keunikan pura ini adalah arca Lembu Swana yang ada di tengahnya.

Panas makin terik, gowes Travelista lanjutkan kembali ke arah pintu keluar pulau. Di zona terik ini Sobat Piknik akan menemukan hamparan ilalang tinggi yang oke juga untuk dijadikan spot foto walau setelah berfoto kulit Sobat Piknik gatal – gatal. Hehehe…

Terus gowes menuju titik paling utara pulau Kumala, Sobat Pinik juga akan menemukan tugu Lembu Swana berikutnya, lengkap dengan replika prasasti kerajaan Kutai lama. Ya, hanya replika ! Karena prasasti asli disimpan di museum Nasional Jakarta.

Sama dengan ujung selatan tadi, di ujung utara pulau Kumala juga terdapat spot instagramable berupa kolam naga raksasa dan patung Putri Karang Melenu yang sayang jika tak Sobat Piknik kunjungi.


Nah, ini adalah titik akhir Travelista mengelilingi pulau Kumala. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Mengunjungi Etalase Budaya Lampung

Seminggu di kota Bandar Lampung. Diisi kesibukan dengan kerja, kerja dan kerja. Pulang kantor hanya diisi dengan cari kuliner malam ditemani driver ojek online dan nongkrong di tugu Adipura.  Kenapa nongkrong di situ ? Ya, karena kebetulan hotel tempat Travelista menginap ada di sekitar tugu tersebut. Hehehe... Seminggu sudah waktu berlalu, tiket balik ke Jakarta sudah dibooking dengan jadwal penerbangan sore hari. Masih ada sedikit waktu untuk mencari oleh – oleh khas Lampung dan berkunjung ke spot wisata di tengah kota agar tidak terlambat ke bandara.   Yuks, segera bergegas cari oleh - oleh khas. Kalau di Lampung, ya apalagi kalau bukan keripik pisang.  Salah satu sentra penjualan keripik pisang di kota Bandar Lampung terdapat di jalan Pagar Alam Kedaton. Di Sepanjang jalan ini, Sobat Piknik akan dengan mudah menemui kedai penjual keripik pisang yang sudah dibungkus maupun dalam keadaan curah.  Satu hal yang membuat asik belanja di sini adalah Sobat Piknik...

Melihat Artefak Sejarah Perminyakan Pulau Tarakan

Travelista lanjutkan estafet piknik di pulau Tarakan. Nah, tujuan piknik selanjutnya adalah ke “ruh” pulau Tarakan yaitu emas hitam atau minyak bumi. Salah satu artefak yang dapat Sobat Piknik temukan adalah tugu Pompa Pertamina.  Tugu ini terletak di bundaran jalan Pattimura,  tidak jauh dari baloy adat Tidung . Pada pompa ini tertulis Thomassen OE Steeg Holland. Kemungkinan pompa ini adalah peninggalan jaman Belanda saat mengeksploitasi minyak dari bumi Tarakan. Udara yang sangat terik Travelista rasakan selama piknik di pulau Tarakan, semerbak aroma bensin sesekali terhirup saat Travelista melewati jalan Sei Sesayap.  Di beberapa sudut jalan terdapat pompa angguk yang nampaknya masih aktif beroperasi. Menurut Travelista, inilah tambang minyak paling sederhana yang pernah Travelista lihat. Seperti biasa, kalau tidak ke kantor Pusat Pemerintahan atau alun – alun, maka   berfoto di Masjid Agung adalah hal wajib bagi Travelista. Kali ini Travelista sempatk...

Melihat Miniatur Kalimantan Selatan di Dalam Sebuah Museum

Berkunjung ke museum sebelum melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya adalah hal yang bijak di tengah keterbatasan waktu sambil menunggu penerbangan. Di sela waktu tunggu kali ini Travelista sempatkan untuk mengunjungi museum Lambung Mangkurat yang terletak di jalan Ahmad Yani Kota Banjar Baru. Pertama kali didirikan pada tahun 1907 oleh pemerintahan hindia belanda untuk menyimpan temuan artefak purbakala di Kalimantan Selatan dengan nama museum Borneo namun fungsinya dihentikan saat tentara jepang mulai menduduki Kalimantan Selatan. Borneo museum in Bandjarmasin 1907 koleksi Tropen Museum Pada tanggal 22 Desember 1955 dengan koleksi barang - barang pribadi miliknya. Amir Hasan Kiai Bondan mencoba menghidupkan kembali museum Borneo yang diberi nama museum Kalimantan. Pada tahun 1967 bangunan museum dipugar dan diberi nama museum Banjar hingga dibangun gedung museum baru bergaya rumah Bubungan Tinggi modern yang diberi nama Lambung Mangkurat dan diresmikan kembali oleh Mendikbud D...