Dari pulau Kumala, perjalanan Travelista teruskan menuju
museum Mulawarman yang terletak di jalan Tepian Pandan kota Tenggarong. Saat
menyusuri jalan KH Ahmad Muksin, Sobat Piknik dapat singgah di Creative Park
Tenggarong yang berada di tepian sungai Mahakam.
Taman yang diresmikan pada tanggal 26 desember 2014
oleh Bupati Rita Widyasari ini menonjolkan sisi seni dan kreatifitas yang bisa
Sobat Piknik jadikan tempat piknik alternatif saat berkunjung ke Tenggarong.
Melintasi
jalan Monumen Timur di Travelitsa berhenti sejenak di kedaton baru kesultanan
Kutai Kartanegara yang dibangun pertama kali pada tahun 1936 oleh kontraktor
Hollandsche Beton Maatschappij Batavia dengan arsiteknya yang bernama Charles
Marie Francois Henri Estourgie. Dan direkonstruksi oleh Pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanegara pada tahun 2002 sebagai upaya untuk melestarikan warisan
budaya Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Indonesia agar tak punah ditelan
masa. Dan kini bangunan tersebut difungsikan sebagai lembaga kesultanan Kutai Kartanegara.
Tepat di
samping kedaton baru terdapat Masjid Jami Aji Amir Hasanoeddin yang didirikan oleh Sultan Sulaiman. Sekilas
Masjid Jami Adji Amir Hasanoeddin ini mirip dengan Masjid Tua Kasimuddin Kesultanan
Bulungan Kalimantan Utara. Mulai dari atap, konstruksi bangunan kayu tanpa
jendela, jumlah tiang penyangga yang berjumlah 16 buah serta mihrab persegi
lima yang merepresentasikan rukun islam. Bedanya jika Masjid Tua Kasimuddin
dibangun sekitar tahun 1900an, Masjid Jami Adji Amir Hasanoeddin diperkirakan
dibangun sekitar tahun 1874 atau lebih tua beberapa tahun.
Dari
Masjid Jami Aji Amir Hasanoeddin, perjalanan
Travelista teruskan ke kedaton lama yang terletak di belakang Masjid
Jami Aji Amir Hasanoeddin. Sama seperti
kedaton baru, kedaton lama di design dan dikerjakan oleh kontraktor dan arsitek
yang sama. Dengan dilengkapi ruangan bawah tanah dan aula besar di bagian
tengah bangunan. Kedaton ini merupakan istana kesultanan Kutai Kartanegara
pertama yang dibangun dengan bahan beton. Karena istana - istana yang pernah
dibangun sebelumnya berbahan kayu sehingga mudah lapuk dan terbakar.
Setelah kesultanan
Kutai Kertanegara bergabung dengan NKRI maka istana ini pun tidak lagi difungsikan
sebagai pusat pemerintahan. Pada tanggal 25 November 1971 istana ini diserahkan
kepada pemerintah daerah Kalimantan Timur dan kemudian dijadikan sebagai museum
negara.
Memasuki
halaman museum, Sobat Piknik dapat melihat monumen naga dan pelayaran Aji Imbud,
Sultan ke 15 Kutai Kartanegara pendiri kota Tenggarong serta patung Lembu Swana
berlapis emas buatan tahun 1850 yang merupakan lambang Kerajaan Kutai
Kartanegara.
Untuk
masuk ke museum Mulawarman, Sobat Piknik akan dikenakan biaya sebesar Rp 10.000
untuk Sobat Piknik dewasa dan Rp 5.000 untuk Sobat Piknik anak - anak.
Saat memasuki ruang museum, Sobat Piknik dapat melihat singgasana Sultan dan
Permaisuri Kutai Kartanegara. Singgasana berbahan kayu berbalut kain kuning dibuat
pada tahun 1935 oleh arsitek berkebangsaan belanda yang bernama Ir. Van Der
Lube.
Masih di
ruang yang sama, Sobat Piknik dapat melihat etalse yang memajang bukti
kebesaran kesultanan Kutai Kartanegara seperti Ketopong atau mahkota Sultan, jubah
Sultan, bendera kesultanan, symbol – symbol kesultanan, perhiasan permaisuri, bros,
plakat, selempang, kalung, gelang, tempat tinta, dan kelangkapan upacara kesultanan
lainnya yang sebagian besar terbuat atau dilapisi emas.
Di
ruang ini juga terdapat ranjang berkelambu kuning yang berisi peralatan upacara
adat bangsawan Kutai seperti gong raja pati, gong raden galuh, perisai siti
berawan, saron peking, tajau, tombak pancanetra, batu zirah, kalangkan besi,
tambak karang, sangkoh piatui, perapen dan panah Dewa.
Di ruang bawah
tanah museum memajang berbagai koleksi keramik kuno dari mancanegara seperti
keramik yang berasal dari Dinasti Yuan yang berkuasa di Tiongkok sekitar abad
14 masehi, Dinasti Ming yang berkuasa sekitar abad 14 - 17 masehi, Dinasti
Ching yang berkuasa sekitar abad 17 - 19 masehi. Keramik dari Vietnam dan Kamboja
yang diperkirakan dibuat pada abad 16 - 17 masehi, keramik dari Thailand yang
dibuat sekitar abad 17 - 18 masehi dan keramik Eropa buatan sekitar abad 19 -
20 masehi.
Selain
memajang aneka koleksi keramik kuno, di ruang bawah tanah museum Mulawarman
juga memajang diorama aktivitas harian masyarakat Suku Dayak seperti pengalian
tambang, pembuatan gula aren, pembuatan senjata tajam dan anyaman rotan. Di
sini juga Sobat Piknik dapat menikmati koleksi hiasan dan ikat kepala Nusantara
loh Sobat Piknik !
Kembali ke
lantai dasar, pada bagian tengah museum terdapat aula yang memajang seperangkat
gamelan pemberian kesultanan Yogyakarta yang dibuat tahun 1855. Serta patung kepala
daerah atau gubernur yang pernah memerintah Propinsi Kalimantan Timur mulai
dari IA Moeis yang memerintah pada tahun 1959 hingga Gubernur Awang Faroek
Ishak yang memerintah pada periode 2008 – 2013.
Pada ruang
bagian depan, terdapat peninggalan prasejarah seperti kapak lonjong dan kapak
persegi, aneka batuan di bumi Kalimantan seperti batu gabro, batu fosil, batu
diorit, batu sabak, batu kuarsit, batu gamping.
Ada pula replika 7 buah yupa
yang ditemukan bukit Brubus Kecamatan Muara Kaman yang menceritakan kejayaan
kerajaan kutai di bawah pemerintahan Maharaja Kudungga dan Raja Mulawarman
sebagai kerajaan hindu tertua di Indonesia yang berdiri sekitar abad IV yang menadakan dimulainya zaman sejarah di Indonesia karena
meninggalkan bukti tertulis beraksara Pallawa dalam bahasa Sanskerta.
Pada bagian tengah museum terdapat ruang yang memajang pernak
- pernik atau hiasan suku Dayak seperti sapai, tapung, satung, searung dan
kalung uncal yang merupakan atribut kebesaran kesultanan Kutai
Kartanegara yang digunakan dalam acara penobatan Sultan, perayaan ulang
tahun serta acara sakral lainnya.
Kalung
yang terbuat dari untaian batu giok, manik kaca garis, manik batu marjan, manik
merah bohemia, manik batu relief tembus dan manik kaca cakram yang digunakan
sebagai perlengkapan upacara adat pria suku Dayak Bahau. Kalung dari manik kaca
kuning berbentuk belimbing dan manik batu kornelian dari Veneisa yang dipakai
pria suku Dayak Kenyah.
Bagi suku
Dayak, manik berfungsi sebagai penanda status sosial, perlengkapan upacara adat
dan jimat yang memiliki kekuatan supranatural. Di Kalimantan, manik telah
dipakai sejak abad X masehi.
Pada awalnya manik dibuat dari bahan alam yang
mudah dilubangi seperti buah, kayu, cangkang kerang, taring babi atau kuku
harimau. Sebelum dibuat dengan bahan dari batuan alam seperti batu akik, giok,
kornelian, kalsedon dan lain sebagainya seperti yang Sobat Piknik ketahui saat
ini.
Di aula museum juga terdapat miniartur rumah tradisional
Kalimantan Timur dengan background relief hutan Kalimantan serta diorama
keseharian hidup suku Dayak seperti menggali tambang atau mendulang intan di
sungai.
Di ruang etnografi memajang berbagi topeng kayu seperti
topeng hudoq, prabu Rahwana, buto barong, sembung lango, blancir, pangroman
janean, siti sundari, suto trono montro kendo, lurah petro joyo, prabu klomo
suwandono, prabu sepuh asmoro bangun.
Pada ruang diorama menampilkan kehidupan flora dan fauna
sungai di Kalimantan Timur, aneka tanaman angrek endemik Kalimantan Timur, log
pon atau penumpukan batang kayu, kehidupan satwa hutan di Kalimantan Timur,
industri pertambangan emas, industri pertambangan batu bara dan industri
pengeboran minyak dapat Sobat Piknik saksikan di ruang ini.
Selain itu terdapat juga diorama legenda munculnya bayi Putri
Karang Melenu dari sungai Mahakam yang dijunjung oleh naga dan Lembu Swana di
dalam sebuah gong berbantal keris buritkang dengan tangan kanan menggenggam
sebutir telur. Dan kelak Putri Karang Melenu ini menjadi permaisuri Aji Batara
Agung Dewa Sakti yang merupakan cikal bakal Raja - Raja Kutai Kartanegara.
Pada
bagian belakang museum terdapat ruang yang memajang kerajinan tenun khas
Kalimantan Timur atau biasa disebut dengan ulap doyo yang secara harfiah
diartikan sebagai kain panjang yang terbuat dari daun doyo. Kerajinan yang
biasa dikerjakan oleh wanita suku Dayak ini berkembang cukup pesat di beberapa
daerah pedalaman Kutai seperti Tanjung Isuy, Mancong Pentat dan Muara Nayan.
Motif yang dihasilkan adalah naga yang menggambarkan kehidupan religius dan motif
flona yang ada disekitar. Juga beberapa corak paten sarung Samarinda seperti corak
pucuk rebeng, corak ibu tien, corak soeharto, corak sabbi, corak hatta, corak
tabba dan corak billa takkojo.
Pada ruang
pamer terakhir Sobat Piknik dapat melihat peninggalan numismatika atau mata
uang kuno yang ditemukan di wilayah Kutai serta beberapa senjata tradisional seperti keris, rencong, golok, mandau dan
juga senjata modern peninggalan kolonial beruapa pistol dan meriam.
Sebelum mengakhiri piknik di museum Mulawarman, Travelista
sempatkan untuk berziarah ke kompleks makam Sultan – Sultan Kutai yang ada
tepat di sisi barat museum. Sultan yang dimakamkan di kompleks pemakaman ini di
antaranya adalah Aji Imbut yang merupakan Sultan pertama yang dimakamkan di
kompleks pemakaman ini pada tahun 1838 masehi, AM Salehuddin sultan ke 16 yang
berkuasa pada periode 1816 - 1845 masehi, AM Sulaiman Sultan ke 17 yang
berkuasa pada periode 1850 – 1899 masehi dan AM Parikesit yang berkuasa pada
periode 1920 – 1960 masehi.
Dan akhir piknik di Tenggarong kali ini, Travelista tutup
dengan makan late lunch di RM Tepian Pandan 7 yang terletak di jalan Wolter
Monginsidi No 16 Timbau Tenggarong. Menu di sini enak – enak dan hal yang
paling unik di rumah makan ini adalah Sobat Piknik dapat mencoba sate rusa.
#patutdicoba.
Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
Pulau Kumala dan Museum Mulawarman adalah upaya nyata dalam
membuat sebuah etalase budaya yang patut ditiru oleh Pemerintah Daerah yang
lain dalam rangka menjaga eksistensi sebuah budaya atau sejarah agar tak hilang
terurai masa.
Komentar
Posting Komentar