Mengisi libur akhir pekan di Sampit, Travelista isi
untuk bekeliling kota. Tujuan pertama Travelista adalah Taman Miniatur
Budaya yang terletak di belakang Islamic Centre. Taman ini di bangun oleh Pemerintah
Kotawaringin Timur pada tanggal 15 februari 2003 untuk merangkum kebudayaan
suku bangsa yang ada di Sampit.
Selain
rumah betang, di Taman Miniatur Budaya ini Sobat Piknik dapat melihat tiga rumah
kecil atau balai keramat kepercayaan suku Dayak yang berfungsi sebagai tempat
persembahan kepada roh leluhur yang menjaga Sampit dari berbagai penjuru.
Tiga balai keramat tersebut memiliki tiga warna yaitu kuning, putih dan merah. Setiap balai memiliki fungsi masing – masing. Balai keramat berwarna putih atau disebut Jata untuk persembahan penguasa air. Balai keramat berwarna merah atau disebut Patahu untuk persembahan penguasa kampung. Dan balai keramat berwarna kuning atau disebut Sangumang untuk persembahan penguasa rejeki.
Tiga balai keramat tersebut memiliki tiga warna yaitu kuning, putih dan merah. Setiap balai memiliki fungsi masing – masing. Balai keramat berwarna putih atau disebut Jata untuk persembahan penguasa air. Balai keramat berwarna merah atau disebut Patahu untuk persembahan penguasa kampung. Dan balai keramat berwarna kuning atau disebut Sangumang untuk persembahan penguasa rejeki.
Dari
Islamic Centre dan Taman Miniatur Budaya, perjalanan Travelista teruskan untuk
mengunjungi Tugu Perdamaian Dayak Madura. Tugu ini dibangun sebagai komitmen dari
semua elemen Masyarakat Sampit untuk menjaga perdamaian setelah konflik antara
suku Dayak dan Madura pada tahun 2001.
Dari Tugu
Perdamaian Dayak Madura, Travelista diajak
oleh Personil cabang ke pantai Sei Bakau di kabupaten Seruyan
yang dulunya adalah bagian dari kabupaten Kutaringin Timur yang dimekarkan pada
tahun 2002.
Awalnya
Travelista tidak tau jika mau diajak ke luar kota Sampit, karena menurut
Personil cabang bahwa jaraknya tidak terlalu jauh. Tapi pas ditempuhi, kok ga
sampe – sampe ?
Tapi ya
sudahlah Travelista nikmati saja perjalanannya. Di tengah perjalanan Travelista
sempatkan beli buahan lokal seperti rambutan, manggis dan cempedak sebagai
cemilan dalam perjalanan yang jaraknya tak sempat Travelista ukur di google map
karena signal ponsel terkadang on off.
Sebenarnya
tujuan awalnya Travelista hanya ingin diantar sampai pantai Ujung Pandaran, tapi
Travelista tidak mendapat feel good saat berhenti di pantai ini karena airnya
terlalu pekat khas tanah gambut #gimanabisaberenang ? So, Travelista menyetujui
tawaran Personil cabang untuk mengunjungi pantai Sei Bakau di kabupaten Seruyan
seperti yang diceritakan tadi.
Memasuki
daerah Kalap, Sobat Piknik akan disuguhi pemandangan padang rumput ilalang yang
luas. Padang rumput yang luas tersebut dipercaya oleh Masyarakat setempat sebagai
kerajaan gaib. Dalam perjalanan, sesekali Sobat Piknik akan dicegat oleh gerombolan
kera yang berharap diberi makan oleh Sobat Piknik yang melintas.
Nampaknya kera
– kera tersebut sudah familiar dengan mobil yang melintas. Karena Travelista
amati, setiap ada mobil yang menghentikan lajunya, gerombolan kera tersebut
langsung mendekat dan siap berebut makanan yang dilemparkan dari dalam mobil.
Walau kera
ini nampak jinak, tapi jangan coba – coba untuk keluar dari dalam mobil atau
menangkap kera – kera tersebut ! Karena konon kera – kera di sini bukanlah kera
“sembarangan” ! Wah… ini adalah sebuah mitos dan kearifan lokal yang harus
dijaga dan dihormati.
Disebut
pantai Sei Bakau karena pantai ini adalah muara sei (Sungai) yang dikelilingi
tumbuhan bakau. Untuk masuk ke kawasan pantai Sei Bakau, Sobat Piknik akan
dikenakan biaya Rp 5.000.
Setelah melewati loket tiket, Sobat Piknik akan
disambut dengan keteduhan dahan cemara dan lambaian nyiur yang berjajar rapi seolah
mengucapkan selamat datang kepada Sobat Piknik yang datang.
Ombak yang
di pantai Sei Bakau bergulung pelan dan relatif aman karena pantai dilindungi oleh
pemecah ombak yang dibangun sejajar dengan bibir pantai. Di kawasan pantai juga
terdapat sejumlah gazebo yang disediakan bagi Sobat Piknik untuk melepas lelah
sambil menikmati deburan ombak dan menatap cakrawala lepas di Laut Jawa.
Pantai
Sei Bakau adalah salah satu pantai unik yang pernah Travelista kunjungi, karena
pantai ini terletak di muara sungai dan tanah gambut Kalimantan yang terkenal.
Maka Sobat Piknik jangan heran jika melihat air lautnya sangat keruh khas lahan
gambut. Dan Sobat Piknik tidak akan menemukan pemandangan birunya air laut
seperti pantai – pantai yang mungkin Sobat Piknik telah kunjungi.
Satu
fasilitas menarik untuk dikunjungi di pantai Sei Bakau adalah jembatan dan
dermaga kayu ulin yang menjorok ke laut lepas. Dermaga yang dibuat pada tahun
2018 ini telah menjadi icon pantai Sei Bakau yang wajib dikunjungi saat Sobat
Piknik berkunjung ke sini.
Selesai
sudah Travelista mengunjungi pantai Sei Bakau yang Travelista tempuh sekitar 3
jam atau berjarak 137 km jika diukur dari tugu Perdamaian Dayak Madura tadi.
Dan akhirnya terjawab pertanyaan Travelista tadi, “kok ga sampe – sampe ?”
Sebagai perbandingan, jarak dari Jakarta Selatan ke Cilegon adalah 106 km,
jarak dari Jakarta Selatan ke Sukabumi adalah 108 km, jarak dari Jakarta
Selatan ke Bandung adalah 152 km. Mengingat ucapan Personil Cabang tadi bahwa “
jaraknya dekat saja Pak ”. Wah dekat dari mananya ? Hehehe…
Yuks, pulang
lagi ke kota Sampit, besok harus bekerja finalisasi report dan pulang ke
Jakarta. Dan sebelum pulang Travelista request ke Personil cabang untuk
diantarkan ke tugu jelawat.
Tugu yang diresmikan pada tanggal 21 Februari 2015 terinspirasi
oleh banyaknya ikan jelawat yang berada di sungai Mentaya. Sehingga Pemerintah Kabupaten
Kotawaringin Timur terinspirasi untuk menjadikan patung ikan jelawat sebagi icon
kota Sampit.
Lokasi tugu
jelawat ini berada tepat di tepian sungai Mentaya. Sehingga Sobat Piknik dapat
melihat aktifitas pelayaran di sungai ini, baik aktifitas tongkang maupun warga
yang menyebrang sungai. Selain itu, tugu ikan jelawat ini berada di dekat
dermaga kapal Ferry mengangkut barang dan penumpang dari dan menuju kota Sampit.
Kembali ke artikel sebelumnya : Berkunjung ke Kota Tiga Satu...
Selesai sudah piknik di Kota Tiga Satu. Kini saatnya kembali ke Jakarta melalui Bandara Haji Asan. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Selesai sudah piknik di Kota Tiga Satu. Kini saatnya kembali ke Jakarta melalui Bandara Haji Asan. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
- Terlepas dari rangkaian insiden masa lalu, Sampit kini adalah kota yang ramai dan damai. Dan perdamaian itu tak hanya ditancapkan pada sebuah tugu, tapi juga di dalam hati semua masyarakat Sampit yang terus bergerak menuju kota yang maju.
- Salah satu cara untuk melestarikan lingkungan adalah dengan mengedepankan kearifan lokal. Mitos adalah salah satu bentuk dari kearifan lokal dalam bentuk kepercayaan yang harus dihormati dalam konteks kebudayaan yang mendukung terciptanya sebuah harmoni antara alam dan manusia.
Komentar
Posting Komentar