Kebetulan Travelista ada tugas setengah hari di kawasan
pergudangan Marunda. Kerjaan selesai menjelang jam istirahat. Ya sudah,
Travelista segera balik ke HO dan menyempatkan mengunjungi “rumah Si Pitung”
sekalian cari makan siang dan sholat dzuhur.
Terletak di jalan akses rumah Si Pitung, bangunan kayu
khas bugis bercat coklat ini napak berbeda dengan bangunan lain yang ada di
sekitarnya. Konon rumah milik Haji Saipudin ini pernah menjadi tempat persinggahan
Si Pitung.
Terdapat dua versi tentang keberadaan Si Pitung di rumah ini, yaitu Si Pitung bersembunyi dari kejaran kompeni di rumah Haji Saipudin dan Si Pitung merampok rumah Haji Saipudin. Mana yang benar ? Biarlah Para Arkeolog yang menjawabnya.
Terdapat dua versi tentang keberadaan Si Pitung di rumah ini, yaitu Si Pitung bersembunyi dari kejaran kompeni di rumah Haji Saipudin dan Si Pitung merampok rumah Haji Saipudin. Mana yang benar ? Biarlah Para Arkeolog yang menjawabnya.
Oya Sobat Piknik, menurut cerita yang beredar, kisah Si
Pitung mirip dengan cerita legenda Robin Hood dari Inggris. Ia merampok untuk
dibagikan kepada rakyat yang tertindas. Si Pitung memilih jalan sebagai
perampok karena merasa sakit hati akibat hewan ternak milik orang tuanya
dirampas dan selalu dimintai pajak oleh kompeni. Sedangkan orang – orang kaya
mendapat perlakuan istimewa dari kompeni. Karena itulah Si Pitung kecil merasa
dendam terhadap orang – orang kaya.
Meski sosoknya melegenda, kisah Si Pitung tidak
tercatat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Bahkan potret Si Pitung pun
tidak pernah terekam. Hingga pada akhirnya kabar siar ditangkapnya Si Pitung oleh
kompeni di kawasan Sungai Bambu yang jasadnya dimutilasi menjadi tiga bagian
karena kompeni takut Si Pitung akan bangkit dari kubur. Namun hingga
kini makamnya tidak diketahui dengan pasti.
Ya begitulah
kira – kira Sobat Piknik sekilas tentang Si Pitung yang kisah sesungguhnya
belum terungkap. Sekarang, ayo kita masuk ke dalam rumah Si Pitung ! Untuk
masuk ke dalam rumah Si Pitung, Sobat Piknik akan dikenakan tiket masuk Rp
5.000 dengan waktu operasional setiap hari dengan jam kunjungan 08.00 - 17.00
WIB.
Sobat Piknik dapat menaiki
anak tangga kayu yang terletak di bagian depan rumah. Di teras depan Sobat
Piknik dapat melihat koleksi meja dan kursi kayu beranyam rotan khas Betawi tempo
dulu serta replika kue tengteng di dalam toples kaca klasik.
Memasuki ruang dalam bangunan berbentuk memanjang ini, terasa
lebih sejuk dibanding dengan berada di luar bangunan.
Di lorong sebelah kanan bangunan
terdapat sebuah ruang tidur dengan koleksi ranjang berkelambu dan meja rias
yang sayang terlarang untuk dimasuki oleh Travelista dan juga Sobat Piknik.
Tidak ada papan informasi yang menjelaskan tentang ruang tidur ini.
Di ruang tengah bangunan adalah ruang makan dengan koleksi
meja kursi makan dengan lampu gantung serta terdapat beberapa benda sumbangan
Budayawan Betawi Ridwan Saidi berupa koper dan rebana.
Dan
ruang terakhir adalah dapur serta teras bagian belakang rumah yang menghadap
tambak ikan. Hal ini erat kaitanya dengan profil Haji Saipudin yang merupakan
juragan tambak ikan di Marunda saat itu.
Dari rumah Si Pitung, perjalanan Travelista lanjutkan ke Masjid Al
Alam yang letaknya tidak jauh dari rumah Si Pitung.
Untuk menuju ke Masjid Al
Alam, Sobat Piknik hanya dapat menggunakan kendaraan roda dua atau berjalan
kaki karena harus melewati gang - gang sempit di pemukiman padat Penduduk.
Setelah
melewati gang pemukiman Penduduk, akhirnya Travelista sampai di Masjid Al Alam.
Konon Masjid ini didirikan hanya dalam waktu satu malam oleh Fatahillah setelah
berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa.
Masjid yang ukurannya mirip dengan Musallah ini konon merupakan tempat persembunyian Laskar dan Si Pitung saat dikejar kompeni. Menurut cerita, saat para Laskar yang bersembunyi di Masjid ini tidak terlihat oleh kompeni.
Masjid yang ukurannya mirip dengan Musallah ini konon merupakan tempat persembunyian Laskar dan Si Pitung saat dikejar kompeni. Menurut cerita, saat para Laskar yang bersembunyi di Masjid ini tidak terlihat oleh kompeni.
Arsitektur
Masjid Al Alam memiliki kesamaan dengan ciri khas bangunan Jawa kuno yaitu bangunan
berbentuk joglo dengan atap berudak ditopang oleh empat pilar dengan mihrab seukuran
badan yang menjorok ke depan bangunan yang mencirikan Masjid ini adalah Masjid tua.
Hal yang unik dari Masjid Al Alam ini adalah sumur yang
memiliki air dengan tiga rasa yaitu payau, asin dan manis jambu. Sumur tua ini
tidak pernah kering walau kemarau panjang melanda. Dan sumur diyakini memiliki
karomah untuk menyembuhkan berbagai penyakit loh Sobat Piknik !
#Tergantungkeyakinan #Namanyajugaikhtiar.
Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik
selanjutnya...
Pesan moral :
- Ibarat dua sisi uang, cerita Si Pitung selalu menawarkan dua sisi menarik yaitu sebagai pahlawan atau penjahat. Namun Pitung sebagai pahlawan tampak lebih kuat ketimbang Pitung sebagai penjahat. Pitung bukanlah penjahat seperti yang dicitrakan oleh kompeni. Terlepas dari perbedaan pendapat soal sejarah atau legenda, Pitung adalah tokoh yang menggugah kesadaran kita untuk bangkit dalam memperjuangkan keadilan sosial.
- Rumah Si Pitung adalah satu - satunya situs jejak cerita Si Pitung yang nampak nyata. Tetapi sayang sekali minim bukti sejarah pendukung. Semoga Pihak terkait dapat menggali lebih dalam tentang sejarah Si Pitung untuk kepentingan edukasi bagi Masyarakat.
Komentar
Posting Komentar