Masih ada
sedikit waktu sebelum jam penerbangan ke Jakarta. Mengarah jalan menuju bandara
Juwata, Travelista sempatkan untuk mampir ke museum flora dan fauna atau yang
lebih dikenal sebagai rumah bundar yang terletak di jalan Danau Jempang.
Letak
museum flora dan fauna atau rumah bundar sendiri berada di sebuah komplek
perumahan. Sebenarnya rumah ini tidak berbentuk bundar, atap yang terbuat dari seng berbentuk setengah lingkaran.
Saat Travelista hitung, rumah bundar di komplek ini tersisa 6 unit.
Tetapi 5 di antaranya sudah dimodifikasi dengan bangunan baru. Hanya ada 1 unit
rumah bundar dengan penampakan asli dan utuh. Yang kini dijadikan museum flora
dan fauna oleh Pemkot Tarakan.
Rumah ini dibangun oleh
pemerintahan belanda pada tahun 1938 yang merupakan rumah dinas pegawainya.
Pada tahun 1945 rumah ini difungsikan tentara australia sebagai pos pemulihan
keamanan lingkungan pulau Tarakan yang rusak berat akibat perang. Dan pada tahun
2003 rumah ini dijadikan bangunan cagar budaya oleh Pemkot Tarakan.
Diresmikan
tanggal 6 november 2017 oleh Walikota Tarakan Sofian Raga, museum ini buka
setiap hari dari jam 08:00 - 16:00 WITA.
Untuk masuk ke dalamnya Sobat Piknik
tidak dikenakan biaya, cukup dengan mengisi buku tamu saja.
Memasuki ruang museum, Sobat Piknik akan disambut patung hewan bekantan dan kayu gaharu khas Kalimantan.
Tepat di
belakangnya terdapat beberapa foto reptil hutan Borneo seperti kadal, biawak
air, luwing, katak air, katak pohon bergaris, katak sabah borneo, katak hutan,
katak bangkong sungai, katak sungai besar, katak tuli dan lain sebagainya.
Memasuki ruang sebelah kanan museum, dipajang foto aneka
serangga dan burung yang hidup di pulau Tarakan seperti bondol rawa, layang - layang batu, merbah, madu pengantin, enggang, mungkuk beledu, tepus merbah dan
elang bondol.
Dan disimpan pula piala kalpataru dalam ketegori pembina lingkungan milik dr
Jusuf Serang Kasim, Walikota Tarakan periode 1999 – 2009.
Di ruang ini juga memajang potongan berbagai jenis kayu
khas Kalimantan seperti meranti merah, meranti kuning, agathis, sepetir, mempisang,
keruing, semangkok, bangkirai, adat, meranti putih, kempas, nyatoh dan jelutung yang lengkap dengan nama latin, habitat dan kegunaannya.
Beralih ke ruang sebelah kiri museum terdapat koleksi flora
dan fauna yang diawetkan seperti rotan, kayu pasak bumi, kayu gaharu, aneka
tripleks, aneka kerang, aneka sarang burung walet, aneka telur hewan dan kepiting
bakau.
Selesai sudah
piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
Bangunan
bersejarah jangan dibiarkan rusak dan hilang tak berbekas. Apresiasi tinggi
untuk Pemkot Tarakan yang memanfaatkan sisa bangunan bersejarah yang ada di
wilayahnya untuk dijadikan benda cagar budaya sekaligus museum agar bangunan
tetap terawat dan lestari.
Komentar
Posting Komentar