Langsung ke konten utama

Melihat Artefak Sejarah Perminyakan Pulau Tarakan

Travelista lanjutkan estafet piknik di pulau Tarakan. Nah, tujuan piknik selanjutnya adalah ke “ruh” pulau Tarakan yaitu emas hitam atau minyak bumi. Salah satu artefak yang dapat Sobat Piknik temukan adalah tugu Pompa Pertamina. 

Tugu ini terletak di bundaran jalan Pattimura, tidak jauh dari baloy adat Tidung. Pada pompa ini tertulis Thomassen OE Steeg Holland. Kemungkinan pompa ini adalah peninggalan jaman Belanda saat mengeksploitasi minyak dari bumi Tarakan.

Udara yang sangat terik Travelista rasakan selama piknik di pulau Tarakan, semerbak aroma bensin sesekali terhirup saat Travelista melewati jalan Sei Sesayap. 

Di beberapa sudut jalan terdapat pompa angguk yang nampaknya masih aktif beroperasi. Menurut Travelista, inilah tambang minyak paling sederhana yang pernah Travelista lihat.

Seperti biasa, kalau tidak ke kantor Pusat Pemerintahan atau alun – alun, maka  berfoto di Masjid Agung adalah hal wajib bagi Travelista. Kali ini Travelista sempatkan sholat dzuhur di Masjid Baitul Izzah. Ini adalah Islamic Center Kota Tarakan. Setelah sholat, perjalanan Travelista lanjutkan ke museum perminyakan yang berada di sisi Islamic Center ini.

Museum sejarah perminyakan Tarakan ini diresmikan pada tanggal 23 november 2017 bersamaan dengan museum sejarah perang dunia kedua oleh Walikota Tarakan Sofian Raga. Untuk masuk ke museum kembar ini, Sobat Piknik akan dikenakan biaya Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 2.000 untuk anak – anak.

Di halaman museum kembar ini terdapat 3 unit taxi kayu yang pernah beroperasi pada saat jaman kolonial. Dan konon taxi ini juga pernah digunakan dalam penyambutan Pejabat dan artis Ibukota katanya. Tapi kenapa tidak digunakan untuk menyambut kedatangan Travelista yah ?! Hehehe…

Memasuki ke dalam museum, terdapat koleksi terkait dengan kegiatan penambangan minyak bumi di pulau Tarakan. Sebagian besar adalah pernah digunakan dalam proses pertambangan minyak yang merupakan sumbangan dari beberapa perusahaan migas yang beroperasi di pulau ini. Jadi bukan replika ya Sobat Piknik ! #asli

Di ruang museum terpajang set kunci yang digunakan untuk pemasangan atau perawatan pompa angguk, pahat bor, mata bor yang berfungsi menghancurkan dan menembus formasi batuan untuk mendapatkan hidrokarbon atau migas, production packer, maket pengeboran, christmas tree yaitu rangkaian valve di kepala sumur sebagai pengendali tekanan dan kecepatan aliran fluida agar tidak terjadi semburan atau kebocoran cairan ke permukaan tanah.

Di sini juga dipajang alat pendeteksi gas yang biasa di pasang sekitar area sumur pengeboran yaitu oxygen detenator, explosimeter, lampu dan beberapa peralatan lain yang pernah digunakan dalam proses pengeboran minyak. 

Ada juga pesawat telpon jaman dulu, helm kerja di beberapa Perusahaan migas dan koleksi foto pekerja migas yang sedang menunggu kedatangan kereta untuk menuju lokasi pertambangan di daerah gunung Lingkas dan Keramat di kawasan Tangki. Travelista baru tau kalau di pulau kecil seperti Tarakan pernah mempunyai transportasi berbasis rel ! 

Dan juga terdapat foto pipa penyaluran minyak ke dalam kapal tangker di daerah Lingkas Ujung, foto aktivitas para pekerja tambang di daerah Pamusian dan beberapa foto yang merepresentasikan kegiatan pengeboran minyak di masa lalu.



Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...



Pesan moral :
Berkaca pada sejarah perminyakan di pulau Tarakan, museum sejarah perminyakan yang belum terlalu lama di bangun ini adalah bukti keseriusan Pemkot Tarakan untuk menampilkan “ruh” pulau Tarakan sebagai kota minyak yang termasyhur sejak dulu kala. Namun Travelista berharap museum ini bisa dikembangkan dan dikemas lebih tematik lagi agar Sobat Piknik yang berkunjung seolah merasakan berada di areal tambang minyak sunguhan. #sekedarsaran #visittarakan #visitkaltara #ayokemuseum

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Pusat Pemujaan Kerajaan Tarumanegara

Sebenarnya sudah beberapa kali Travelista bertugas di pusat kota Karawang. Namun baru kali ini Travelista sempat mengunjungi situs percandian Batujaya yang lokasinya cukup jauh dari pusat kota. Karena benar – benar niat, maka Travelista naik KRL dari stasiun Manggarai ke stasiun Cikarang disambung motoran dengan Sobat Kantor yang bersedia mengantar Travelista ke situs percandian Batujaya. Hehehe… Dari stasiun Cikarang, jarak ke situs percandian Batujaya sekitar 30 km melalui jalan Sukatani - Cabang Bungin - Batujaya kemudian berbelok ke jalan raya candi Jiwa. Setelah motoran sekitar satu setengah jam dari stasiun Cikarang, akhirnya Travelista sampai gapura jalan raya candi Jiwa. Motor Travelista parkir di museum situs candi Batujaya yang diresmikan tahun 2006. Di dalam museum, Sobat Piknik dapat melihat artefak yang ditemukan saat ekskavasi di situs percandian Batujaya seperti manik - manik, potongan kayu, arca, votive tablet atau keping tanah liat berbentuk miniatur stupa, gerabah...

Berharap Terik di Citorek

Tak terasa sudah lebih dari setahun touring motor bareng Sobat Kantor berlalu. Kalau touring edisi sebelumnya disepakati PP dalam sehari. Maka touring kali ini disepakati untuk minta izin ke istri dan anak masing – masing agar dipebolehkan tidak pulang ke rumah karena  perjalanan ke Citorek harus dilakukan malam hari  demi menyaksikan fenomena negeri di atas awan saat matahari terbit. Touring dimulai hari jumat sore setelah jam pulang kantor. Check point pertama rumah Sobat Kantor yang ada di daerah Sawangan untuk dijamu makan malam . Setelah perut kenyang dan bersenda gurau hingga Jam 21:00. Maka perjalannya diteruskan menyusuri jalan raya Parung - Ciampea untuk menuju che ck point kedua di rumah Sobat Kantor yang ada di daerah Jasinga. Tepat jam 23:00 Travelista dan Sobat Kantor tiba di check point Jasinga untuk rehat sejenak dan ngemil tengah malam. Setelah mandi dan persiapan lainnya, tepat jam 03:00 dini hari, Travelista dan Sobat Kantor memulai perjalanan menuju Citorek ...

Rumah Penentu Kemeredekaan di Bantaran Citarum

Piknik kali ini Travelista mengunjungi rumah Djiauw Kie Siong seorang saudagar Tionghoa kelahiran Rengasdengklok yang dijadikan tempat pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta yang teletak di jalan Perintis Kemerdekaan 33 Karawang. Jakarta tanggal 15 Agustus 1945 siang hari, para pemuda mengadakan pertemuan di Jalan Cikini 71 dengan keputusan agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan tanpa menunggu janji dari jepang. Sekitar pukul 21.30 malam hari, para pemuda mendatangi rumah Bung Karno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta setelah mendengar berita kekalahan Jepang dalam perang Pasifik. Para pemuda mengancam Bung Karno untuk memproklamasikan kemerdekaan “malam ini juga atau paling lambat besok tanggal 16 Agustus 1945” sambil menimang - nimang senjata. Namun para pemuda gagal memaksa Bung Karno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI. Karena menurutnya memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia harus dibicarakan terlebih dahulu dengan seluruh anggota PPKI agar tidak menyimpang...