Bergeser
ke sebelah museum sejarah perminyakan, Travelista berkunjung ke museum sejarah
perang dunia kedua. Kalau museum sejarah perminyakan menceritakan tentang
penambangan minyak di pulau Tarakan. Museum sejarah perang dunia kedua berusaha
menceritakan perang yang disebabkan perebutan tambang minyak di pulau ini.
Seperti yang diceritakan dalam sejarah, Tarakan adalah sebuah pulau kosong nan kaya. Selalu jadi perebutan dari era kerajaan Tidung, Bulungan, Belanda hingga Jepang yang kemudian disebut dengan era perang dunia kedua.
Perang dunia kedua dilatari persaingan imperialisme ideologi antara blok demokrasi yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Belanda dengan blok komunis yang terdiri dari negara – negara Eropa Timur yaitu Rusia, Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, Cekoslavia dan Rumania serta blok fasisme yang terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang.
Seperti yang diceritakan dalam sejarah, Tarakan adalah sebuah pulau kosong nan kaya. Selalu jadi perebutan dari era kerajaan Tidung, Bulungan, Belanda hingga Jepang yang kemudian disebut dengan era perang dunia kedua.
Perang dunia kedua dilatari persaingan imperialisme ideologi antara blok demokrasi yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Belanda dengan blok komunis yang terdiri dari negara – negara Eropa Timur yaitu Rusia, Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, Cekoslavia dan Rumania serta blok fasisme yang terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang.
Selain persaingan imperialisme ideologi,
penyebab perang dunia kedua adalah perlombaan senjata di suatu kawasan yang mematik kekuatan yang bersaing menguasai daerah penghasil minyak bumi untuk mendukung kebutuhan bahan bakar armada perang yang dimiliki.
Menilik museum sejarah perang dunia kedua, Sobat Piknik dapat melihat sisa peninggalan perang Tarakan yang terjadi dua kali yaitu pada tahun 1942 pada saat invansi Jepang kepada kekuasaan Belanda dan pada tahun 1945 saat revans Australia sebagai sekutu Amerika Serikat yang terdesak oleh gempuran Jepang di Philipina.
Perang Tarakan I dimulai pada tanggal 10 Januari 1942 saat Belanda memerintahkan evakuasi warga sipil dan penghancuran ladang - ladang minyak sebelum Jepang menguasai Tarakan. Dan perang Tarakan II yang ditandai dengan pendaratan amfibi pasukan Australia pada tanggal 1 Mei 1945.
Di museum ini Sobat Piknik dapat melihat berbagai koleksi foto di antaranya foto kondisi Tarakan pasca perang di kawasan Pamusian, foto pendaratan tentara Australia di pulau Shadow dan Lingkas Ujung, foto pasukan penembak jitu KNIL yang bersiaga di kawasan Juwata, tugu perabuan jenazah tentara Jepang, tugu Australia yang dibangun sebagai penghormatan terhadap tentara Australia yang gugur di Tarakan, foto pasien rumah sakit militer yang merawat korban perang dunia kedua di Tarakan, foto Jendral Douglas Mac Arthur panglima tertinggi sekutu anti Jepang di Pasifik dan foto loopghraf atau lorong keselamatan yang dibangun Belanda di komplek perumahan BPM untuk mengantisipasi serangan udara pasukan Jepang.
Menilik museum sejarah perang dunia kedua, Sobat Piknik dapat melihat sisa peninggalan perang Tarakan yang terjadi dua kali yaitu pada tahun 1942 pada saat invansi Jepang kepada kekuasaan Belanda dan pada tahun 1945 saat revans Australia sebagai sekutu Amerika Serikat yang terdesak oleh gempuran Jepang di Philipina.
Perang Tarakan I dimulai pada tanggal 10 Januari 1942 saat Belanda memerintahkan evakuasi warga sipil dan penghancuran ladang - ladang minyak sebelum Jepang menguasai Tarakan. Dan perang Tarakan II yang ditandai dengan pendaratan amfibi pasukan Australia pada tanggal 1 Mei 1945.
Di museum ini Sobat Piknik dapat melihat berbagai koleksi foto di antaranya foto kondisi Tarakan pasca perang di kawasan Pamusian, foto pendaratan tentara Australia di pulau Shadow dan Lingkas Ujung, foto pasukan penembak jitu KNIL yang bersiaga di kawasan Juwata, tugu perabuan jenazah tentara Jepang, tugu Australia yang dibangun sebagai penghormatan terhadap tentara Australia yang gugur di Tarakan, foto pasien rumah sakit militer yang merawat korban perang dunia kedua di Tarakan, foto Jendral Douglas Mac Arthur panglima tertinggi sekutu anti Jepang di Pasifik dan foto loopghraf atau lorong keselamatan yang dibangun Belanda di komplek perumahan BPM untuk mengantisipasi serangan udara pasukan Jepang.
Di museum ini juga terdapat potongan sayap pesawat Tarakan
airforce, maket situs laut Juwata dan Piningki lama dan nisan makam tentara
Belanda yang dimakamkan di pulau Tarakan.
Sobat Piknik juga dapat melihat batu penutup meriam, batu
karang yang dijadikan meterial pembangunan sarana di Tarakan, tegel yang biasa
dipasang pada lantai bangunan, batu bata dari Wismapatra dan rumah manager BPM
saat tinggal di Tarakan, serta piring keramik yang merupakan upeti dari rakyat Tiongkok
kepada Kekaisaran Jepang.
Di museum ini juga disimpan baling - baling pesawat yang
ditemukan nelayan di perairan Lingkas, selongsong peluru yang ditemukan di
bunker sisi utara RSUD Kota Tarakan, peta strategi penyerangan sandi Obo One di
pelabuhan Lingkas, peta tata kota Tarakan pada tahun 1940an yang dibuat oleh
NEFIS atau Badan Intelejen Belanda di Hindia Timur, pistol antik milik tentara
Belanda yang pernah dipakai pada abad 17, samurai, sangkur bayonet, tempat
peluru dan sepatu tentara Jepang yang ditemukan di fhukukaku atau markas
tentara Jepang di daerah Juwata.
Sepeda kepolisian Republik Indonesia dan lonceng patroli dini
hari yang pernah digunakan pada tahun 1970. Keunikan lonceng ini adalah jumlah
ketukannya disesuaikan dengan waktu yang ditunjukan loh Sobat Piknik. Kalau jam
1 maka lonceng dipukul 1 kali, jam 2
dipukul 2 kali dan seterusnya.
Selain milik Pemkot Tarakan, koleksi di museum ini juga merupakan
sumbangan masyarakat dan ahli waris atau kerabat pelaku sejarah dari dalam dan
luar negeri. Di antaranya seragam sumbangan keluarga Cyril
James Gray yaitu seorang Kapten Pasukan Infanteri 2/24 Australia yang mendarat
di Tarakan pada tanggal 1 mei 1945.
Juga terdapat buli atau botol tempat menyimpan obat – obatan pada
saat pertempuran Tarakan 1945. Buli – buli ini ditemukan di ruang bawah tanan
rumah sakit BPM yang terletak di sebelah utara RSUD kota Tarakan. Serta kaleng
biskuit Anzac limited edition yang bersampul tentara perang Tarakan 1945.
Awalnya biskuit ini adalah buatan orang terkasih prajurit Australia saat
berperang di luar negeri, namun lama kelamaan biskuit ini dijual untuk
mendapatkan dana keperluan perang pasukan Australia.
Kembali ke artikel sebelumnya : Melihat Artefak Sejarah Perminyakan Pulau Tarakan...
Wah banyak juga yah yang dapat diceritakan dari museum ini ya Sobat Piknik ?! Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Wah banyak juga yah yang dapat diceritakan dari museum ini ya Sobat Piknik ?! Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
- Kekayaan alam merupakan anugerah, namun juga dapat berubah menjadi musibah saat keserakahan menguasai logika manusia. Perang dunia kedua di Tarakan merupakan cerminan dari itu semua. Selain berharap tidak akan pernah terjadi lagi perang dunia ketiga dan seterusnya. Travelista berharap setiap pemanfaatan sumber daya alam saat ini, manfaatnya dapat dirasakan oleh Penduduk sekitar sumber daya alam.
- Tarakan adalah beranda terdepan Indonesia dalam teater perang dunia kedua di kawasan Pasifik. Sehingga banyak sekali peninggalan kedahsyatan perang karena perebutan sumber minyak tersebut yang tersebar di berbagai penjuru pulau ini. Semoga artefak - artefak tersebut dapat dikumpulkan untuk melengkapi koleksi museum sejarah perminyakan yang Travelista rasa masih minim.
Komentar
Posting Komentar