Langsung ke konten utama

Mencoba Menyelamatkan Sejarah Kesultanan Bulungan

Mengisi libur kerja di minggu pagi, piknik kali ini Travelista akan mengunjungi sisa hegemoni kesultanan Bulungan di kota Tanjung Palas. Untuk menuju ke sana dari kota Tanjung Selor Sobat Piknik cukup dengan naik perahu kayu dari pelabuhan Kayan V dengan tarif Rp 5.000 perorang. 

Hanya dibutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk mencapai kota Tanjung Palas melalui jalur sungai. Tentu lebih cepat jika dibanding menempuh perjalanan darat yang ditempuh sekitar 40 menit dengan jalan berputar.

Setibanya di depan museum Istana Bulungan, Travelista sungguh terkejut saat melihat sisa hegemoni Kesultanan Bulungan di masa lalu yang nampak usang. Padahal kesultanan Bulungan yang berdiri pada tahun 1771 wilayah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah provinsi Kalimantan Utara bahkan sampai negeri jiran.

Untuk berkunjung ke museum Istana Bulungan, Sobat Piknik tidak dikenakan biaya sepeser pun oleh keturunan Sultan Bulungan yang setia menjaga sisa kejayaan kesultanan Bulungan. Sobat Piknik cukup meminta ijin saja untuk masuk ke dalamnya. #Harussopan.

Oya Sobat Piknik, kesultanan Bulungan sendiri merupakan daerah otomom pada jaman kepedudukan belanda maupun jepang hingga periode awal kemerdekaan. Bulungan sendiri baru bergabung dengan negara Republik Indonesia Serikat dalam federasi Kalimantan Timur melalui konvensi Malinau pada tanggal 7 Agustus 1949.

Setelah bergabung dengan negara Republik Indonesia Serikat, kesultanan Bulungan ditetapkan sebagai wilayah swapraja dan menjadi daerah istimewa berdasarkan UU NO. 22 /1948. Keputusan tersebut membuat Sultan Djalaluddin dimandatkan menjadi kepala daerah istimewa. Dan menjadikan Istana Bulungan yang berlantai dua dijadikan sebagai pusat semua kegiatan pemerintahan.

Ternyata di Indonesia ada tiga daerah istimewa ya Sobat Piknik ! Selain Aceh dan Yogyakarta menyusul Papua. Bulungan juga pernah menjadi daerah istimewa di republik ini. Namun status keistimewaan itu dicabut pada tahun 1964 seiring terjadinya tragedi Bultiken.

Perlu Sobat Piknik ketahui bahwa museum istana Bulungan ini merupakan bangunan replika. Karena bangunan istana asli berlantai dua sudah dibumi hanguskan oleh TNI saat terjadinya tragedi Bultiken tanggal 18 Juli 1964. Bultiken merupakan akronim dari Bulungan, Tidung dan Kenyah. 

Tragedi Bultiken ini berkaitan dengan konfrontasi Indonesia Malaysia sekitar periode 1962 – 1965. Pada waktu itu dirumorkan pihak kesultanan Bulungan dianggap pro terhadap pembentukan federasi Malaysia yang diprakarsai Inggris dan tanggapi dengan reaksi keras oleh TNI yang saat itu sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.

Seluruh harta benda kesultanan Bulungan berupa benda - benda antik buatan Tiongkok dan Eropa dijarah, keturunan sultan di eksekusi dan istana yang berusia ratusan tahun dibakar tanpa meninggalkan bekas. 

Untuk membangkitkan lagi cerita kejayaan kesultanan Bulungan, maka dibuatlah museum kesultanan Bulungan yang dapat Sobat Piknik kunjungi saat ini.

Di halaman dan teras museum, terdapat meriam - meriam tua yang menghadap ke sungai Kayan. Konon meriam ini merupakan pemberian Belanda untuk pertahanan Kesultanan Bulungan dari invasi Kesultanan lain dan melawan pembajakan. Unik kan, Sobat Piknik ! Ada satu daerah di Indonesia yang tidak dijajah Belanda atau Jepang #Jaditau.

Memasuki bagian dalam museum, Sobat Piknik dapat melihat koleksi piring keramik yang pernah digunakan pada masa kesultanan Bulungan maupun hadiah dari negara asing.

Menoleh pada bagian sudut kiri museum terdapat meja rias peninggalan Datuk Bendahara yang terbuat dari marmer cina dan terpajang nama – nama sultan Bulungan mulai dari Wira Amir yang bertahta pada tahun 1731 – 1777 hingga sultan terakhir yaitu Muhammad Jalaluddin yang berkuasa pada tahun 1931 - 1958.

Beranjak ke sisi kiri museum, Sobat Piknik depat melihat replika ranjang sultan Bulungan yang didominasi warna kuning. Warna kebanggaan kesultanan Bulungan.

Lalu terdapat semacam ruang pertemuan, perkakas dapur, lampu pijar, guci dari Tiongkok, set gamelan dan foto – foto kegiatan festival yang pernah diikuti oleh perwakilan kesultanan Bulungan, piagam, tanda mata dari kesultanan Nusantara di era pasca kemerdekaan, replika singgasana serta tempat penobatan kesultanan Bulungan.

Di sebelah kanan museum, Sobat Piknik dapat melihat foto - foto sultan Bulungan mulai dari Datuk Perdana hingga sultan Adjimudin yang bertahta dari tahun 1889 -1899. Sobat Piknik juga dapat melihat koleksi berupa keris, pedang, pistol jaman belanda dan seragam – seragam berbagai jabatan kesultanan.

Di sisi kanan museum terpajang foto – foto yang menggambarkan kedekatan sultan Bulungan dengan ratu belanda. Mulai dari foto acara penobatan sultan Maulana Moehamad Djalaludin yang dihadiri oleh perwakilan negeri belanda, kunjungan pejabat kolonial belanda ke istana Bulungan, kunjungan sultan Maulana Moehamad Djalaludin ke Belanda pada 30 juni 1938, pesta pernikahan ratu Juliana hingga foto kapal Boelongan Nederland yang dirancang seorang arsitek perkapalan Belanda HS De Vries pada tahun 1939 bertepatan dengan kelahiran putranya yang diberi nama Hvib De Vries.

Kapal ini memiliki kontruksi dari baja anti karat dengan ketebalan 5,67 mm dengan panjang 28,50 meter dan lebar 5 meter sebagai hadiah dari ratu Wihelmina kepada sultan Bulungan. Kapal ini murupakan upaya belanda mengambil hati sultan Bulungan sebagai bentuk kompensasi ijin exploitasi tambang minyak di pulau Bunyu dan Tarakan. Hmmm... #Adaudangdibalikpeyek.

Di sisi ini Sobat Piknik juga dapat melihat beberapa perlengkapan perunggu dan tegel istana Bulungan, sisa harta yang berhasil diselamatkan dari peristiwa pembakaran istana Bulungan.

Juga terdapat busi atau bejana air yang digunakan untuk penampungan air kesultanan yang dikeramatkan dan saput atau ayunan bayi yang biasa digunakan untuk menidurkan bayi di istana.

Selesai sudah piknik mengunjungi replika Istana Bulungan. Namun Sobat Piknik dapat mengunjungi sebuah bangunan unik lainnya yang terletak di sebelah istana Bulungan yaitu gedung kesenian Tanjung Palas. Tapi nampaknya bangunan ini sudah lama tidak digunakan kerena kondisi beberapa bagian yang sudah lapuk. Sehingga Travelista tidak dapat masuk ke dalamnya. Hmmm… Sangat di sayangkan.


Komentar

Posting Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Mengunjungi Etalase Budaya Lampung

Seminggu di kota Bandar Lampung. Diisi kesibukan dengan kerja, kerja dan kerja. Pulang kantor hanya diisi dengan cari kuliner malam ditemani driver ojek online dan nongkrong di tugu Adipura.  Kenapa nongkrong di situ ? Ya, karena kebetulan hotel tempat Travelista menginap ada di sekitar tugu tersebut. Hehehe... Seminggu sudah waktu berlalu, tiket balik ke Jakarta sudah dibooking dengan jadwal penerbangan sore hari. Masih ada sedikit waktu untuk mencari oleh – oleh khas Lampung dan berkunjung ke spot wisata di tengah kota agar tidak terlambat ke bandara.   Yuks, segera bergegas cari oleh - oleh khas. Kalau di Lampung, ya apalagi kalau bukan keripik pisang.  Salah satu sentra penjualan keripik pisang di kota Bandar Lampung terdapat di jalan Pagar Alam Kedaton. Di Sepanjang jalan ini, Sobat Piknik akan dengan mudah menemui kedai penjual keripik pisang yang sudah dibungkus maupun dalam keadaan curah.  Satu hal yang membuat asik belanja di sini adalah Sobat Piknik dapat mencicipi se

Berwisata Sambil Belajar di Jatim Park 1

Belajar tak kenal usia. Ya begitulah kira – kira ungkapan mengenai pentingnya menuntut ilmu walau ia tak salah. Hehehe...  Kali ini Travelista akan berwisata sambil belajar.  Seperti biasa, Travelista naik angkot dari kota Malang ke terminal Arjosari dengan rute ADL (Arjosari – Dinoyo – Landungsari). Sesampainya di terminal Landungsari, Travelista teruskan dengan angkot rute BJL (Batu – Junrejo / Tlekung – Landungsari) yang berwarna kuning muda. Travelista pilih yang BJL karena trayek nya melalui Batu Night Spectacular - Batu Secret Zoo – Jatim Park 2 – Oro oro Ombo - Dewi Sartika Atas – terminal Batu. Tuh, banyak objek wisata yang dilalui kan ?!   Dari perempatan jalan Dewi Sartika Atas, Sobat Piknik dapat berjalan sekitar 500 meter menuju museum Bagong dan Jatim Park 1. Kata sopirnya sih kalau penumpangnya banyak, dia mau antar sampai ke depan Jatim Park 1 dengan menambah ongkos Rp 2.000. Oya, ongkos dari kota Malang ke terminal Arjosari adalah Rp 4.000 dan ongkos dari termi

Berharap Terik di Citorek

Tak terasa sudah lebih dari setahun touring motor bareng Sobat Kantor berlalu. Kalau touring edisi sebelumnya disepakati PP dalam sehari. Maka touring kali ini disepakati untuk minta izin ke istri dan anak masing – masing agar dipebolehkan tidak pulang ke rumah karena  perjalanan ke Citorek harus dilakukan malam hari  demi menyaksikan fenomena negeri di atas awan saat matahari terbit. Touring dimulai hari jumat sore setelah jam pulang kantor. Check point pertama rumah Sobat Kantor yang ada di daerah Sawangan untuk dijamu makan malam . Setelah perut kenyang dan bersenda gurau hingga Jam 21:00. Maka perjalannya diteruskan menyusuri jalan raya Parung - Ciampea untuk menuju che ck point kedua di rumah Sobat Kantor yang ada di daerah Jasinga. Tepat jam 23:00 Travelista dan Sobat Kantor tiba di check point Jasinga untuk rehat sejenak dan ngemil tengah malam. Setelah mandi dan persiapan lainnya, tepat jam 03:00 dini hari, Travelista dan Sobat Kantor memulai perjalanan menuju Citorek menyusuri