Tak terasa 5 hari sudah Travelista bertugas di Tanjung Selor. Pagi ini
Travelista harus ke Tarakan untuk menyelesaikan beberapa tugas di sana, lalu
terbang ke Jakarta. Kalau saat menuju Tanjung Selor dari Tarakan Travelista naik speedboat
bermesin 2 dan dengan fasilitas AC alami.
Kali ini Travelista kembali ke Tarakan dengan mencocokkan jadwal pelayaran speedboat bermesin 4 dengan falisitas AC buatan. Hehehe…
Kali ini Travelista kembali ke Tarakan dengan mencocokkan jadwal pelayaran speedboat bermesin 4 dengan falisitas AC buatan. Hehehe…
Ada 2 operator speedboat ini yaitu Gembira
Express dengan jadwal keberangkatan jam 8:40 dari Tanjung Selor dan jam 14:05
dari Tarakan serta Tanjung Express dengan jadwal keberangkatan jam 9:30 dari
Tanjung Selor dan jam 13:15 dari Tarakan.
Ketika Travelista masuk ke dalam speedboat. Memang jauh berbeda dengan
speedboat yang Travelista tumpangi dari Tarakan menuju Tanjung Selor. Speedboat
ini lebih besar, bangku yang lebih bagus, dilengkapi dengan fasilitas TV dan
AC. Goncangan ombak saat berlayar jauh tidak terasa dibanding dengan speedboat bermesin
2 atau 1. Nyaman sekali ! Soal harga ? Sama saja ! Tidak ada perbedaan harga
dengan speedboat bermesin 2 atau 4. Yang membedakan hanyalah jadwal pelayaran
saja !
Setibanya di kota Tarakan, Travelista langsung menyelesaikan pendingan
pekerjaan yang wajib diselesiakan sebelum kembali ke kantor pusat. Maklum,
Travelista ini seorang karyawan ! Bukan seorang travel blogger ! Hehehe…
Setelah pekerjaan selesai, masih ada waktu 3 jam sebelum pelayaran
terakhir dari Tarakan ke Tanjung Selor yaitu jam 16:10. Travelista ngejar waktu,
karena Personil cabang harus kembali ke Tanjung Selor pada hari yang sama.
Memanfaatkan sisa waktu, maka piknik di pundi harta Kesultanan Bulungan
tempo dulu adalah baloy adat Tidung yang terletak di jalan Sei Sesayap Kampung
Enam.
Untuk masuk ke baloy adat Tidung yang dibangun
secara bertahap sejak tahun 2004 oleh Mochtar
Basry Idris selaku kepala adat suku Tidung dan
baru diresmikan kembali pada tanggal 14 februari 2018 oleh Walikota Tarakan
Sofyan Raga, Sobat Piknik akan dikenakan biaya Rp 5.000.
Berbentuk
panggung lamin dengan bahan utama kayu ulin, baloy adat Tidung ini menghadap ke
utara. Struktur panggung dipilih karena untuk beradaptasi dengan kondisi alam
Kalimantan yang sebagian besar berlahan gambut dan juga fungsi proteksi dari
serangan hewan buas hutan Borneo.
Travelista masuk ke baloy ini melalui anak tangga yang
disebut tukad barung. Dari sini Travelista menuju ruang yang diberi nama Baloy
Delaki.
Di ruang ini Sobat Piknik dapat melihat koleksi berupa perkakas yang
biasa dimiliki kaum pria seperti padaw atau sampan, busay atau dayung, tamba
atau perangkap ikan, ubu kanon atau bubu ikan, kedabang atau caping, tutud atau
lampu minyak, ganjlu atau tombak, pais atau pisau raut, telipos atau sangkar
burung, sumpit, gasing, lugu, sampok, beliung dan masih banyak lagi koleksi
yang dapat Sobat Piknik nikmati saat berkunjung nanti.
Memasuki
ruang selanjutnya, Travelista mengunjungi baloy Unod atau ruang tengah
bangunan. Menurut filosofi Suku Tidung, ruang ini adalah ruang pertama yang
harus dibangun dalam membuat sebuah rumah sebelum membuat ruang - ruang yang selanjutnya.
Karena ini adalah ruang utama, ruang makan, ruang dapur tempat seluruh anggota
berkumpul membahas berbagai hal yang dihadapi dalam keluarga. Di ruang ini dipajang
meja panjang beserta kursi kayu yang digunakan untuk menerima tamu.
Selain meja
panjang, di ruang ini juga dipajang koleksi seperti peti tembaga untuk
menyimpan barang antik, gadur atau tempat air, ayam belungis atau tikar pandan,
galang tanok atau gelang kaki, selapa atau tempat menyimpan sirih, pelujan atau
tempat mambuang ludah sirih, baki dan berbagai koleksi lainnya.
Di ruang selanjutnya yaitu baloy Yampu yaitu tempat tinggal
sang pemilik rumah atau kepala rumah tangga yang saat ini difungsikan
sebagai kantor pengelola baloy adat Tidung.
Dan ruang terakhir yang Travelista kunjungi adalah
baloy Denandu. Kebalikan dengan baloy Delaki yang memajang koleksi perkakas
yang biasa dimiliki kaum pria, baloy Denandu memajang benda koleksi yang biasa
dimiliki oleh kaum perempuan.
Koleksi yang terdapat di
ruang ini di antaranya adalah panggaw atau pelaminan, busak
dian, sedulang, busak malay, selakad atau tempat tidur perempuan yang baru
melahirkan, indong atau ayunan bayi, timbang sapor yaitu timbangan bayi yang
lahir di bulan safar.
Nah timbang sapor ini yang Travelista tidak tau
filosofinya. Kenapa hanya untuk menimbang bayi yang lahir di bulan safar yah
!? #Masihtandatanya.
Selain itu di sini juga terdapat aneka kain motif,
berbagai warna baju adat berbagai alat musik demuluk seperti agung, gandang,
piyul atau biola, alat musik kelintangan seperti lundang, lindung, kelunting,
lintang, rebana, timpung, gelundang dan rudus.
Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
Baloy
adat Tidung adalah upaya Pemda Tarakan menghadirkan objek wisata pembeda di pulau
sekaligus kota minyak bersejarah yang pernah menjadi rebutan banyak Negara.
Bangunan ini sangat khas, terawat dan tiket masuk yang sangat terjangkau.
Travelista berharap semakin banyak Pemda di daerah lain yang memperhatikan dan
melestarikan budaya yang ada atau yang masih tersisa bahkan merekonstruksi
budaya yang telah hilang di daerahnya sebagai pusaka bagi generasi yang akan
datang.
timbang sapor yang saya dapat dari orang tua. adalah untuk anak - anak atau bayi yang lahir dibulan sapar. dalam sejarahnya bulan sapar dianggap bulan sial (pada zaman jahiliah) saat itu setiap bayi yang lahir di bulan sapar istilahnya di tola bala. timbang sapor ini menimbang bayi dengan sayuran sehingga beratnya sama. dan sayuran itu dibagi2kan ke masyarakat untuk menolak bala tadi. agar sang anak ini dijauhkan dari marabahaya. CMIIW
BalasHapusWaw, terima kasih Pak Imam Novi Widianto atas sharing pengetahuannya.
HapusSemoga tradisi menimbang bayi di bulan safar tetap lestari ya Pak karena ternyata terkandung nilai kebaikan yaitu ingat dan bersyukur kepada Sang Pencipta, bersilaturahim serta berbagi rejeki kepada tetangga juga kerabat.
Untuk Kabupaten Tana Tidung sendiri bulan kemarin di akhir bulan Safar tanggal 6 Oktober. Dilaksanakan Acara Tolak Bala. Saat itu banyak ritual budaya yang dilaksanakan termasuk Timbang Sapor tsb. Kapan2 bisa mampir ke Kabupaten Tana Tidung..
HapusSiap Pak Imam Novi Widianto. Semoga kelak kita dapat berjumpa di tana Tidung untuk mengulas berbagai cerita 😁
Hapus