Langsung ke konten utama

Kesenangan di Masa Kecil Kebijaksanaan di Masa Tua

Seiring dengan perkembangan Si Buah Hati yang makin tumbuh. Rasa ingin tahu dan meniru prilaku teman – temannya yang sudah lebih besar adalah sebuah keniscayaan. Buah Hati Travelista pun sudah mulai main ke luar rumah dan mulai kenal dengan permainan yang dimainkan oleh teman - temannya.

Selepas pulang bermain dari luar rumah. Buah Hati Travelista pun langsung mencari Travelista dan bilang. “Apa ! Dede au aen ayang ayang aya anak - anak i uway !” Sejenak Travelista berfikir, “ngomong apa... ini anak ?!" Ada kosakata baru nih ! Ayang – ayang ?!

“Ayang – ayang apaan De ?!” “Ayang – ayang aya anak – anak mainin !” “Iya, yang kaya gimana De ?”  “iiih... Apa cinih deh ! Ayo ikutin Dede !”. Ditariknya tangan Travelista keluar rumah dan menunjukan benda yang terbang di udara. “Ooo... layangan... Dikira ayang – ayang itu apa...! Ternyata Buah Hati Travelista ingin bermain layangan. Hehehe...

“Ooo... Dede mau main ayang – ayang kaya itu ?!” Dengan antusias Si Buah Hati Travelista jawab. “Iya, Apa ! Ayo iyi, ayo iyi ayang - ayangnya ! Cepetan Apa...!” “Ayo De ! Kita beli ayang – ayangnya. Kita main di depan umah aja yah..!”

Ketika layang – layang sudah dibeli, pasang tali kama, nyambungin benang kenur dengan benang gilasan. Seketika Travelista teringat kesenangan di masa kecil dulu. Tiap pulang sekolah, maen layangan di lapangan, manteungin layangan, nekuk atau bolongin kuping layangan biar nggak singit, ngeubrebetin buntut layangan, keudeut ulur benang, maen tarik – tarikan atau mongkol benang orang pas ngadu dengan benang gilasan. Atau main ulur – uluran pas ngadu dengan benang nilon, ngebandreng benang layangan orang yang nyangkut, ngerot benang kusut, adu godot, matung layangan putus dengan bawa - bawa galah saat ga punya uang buat beli layangan, tangan keubeuler kena benang, pulang maghrib plus dimarahin Ibu karena dengkul berdarah atau badan besut karena jatuh dari pohon pas ngakalin layangan putus. Wah ! Jadi flashback begini ! Hehehe...

Tapi, itulah kesenganan di masa kecil ! Dan Travelista rasa, hal tersebut sudah mulai susah untuk dialami oleh anak – anak Ibukota masa kini ! Kenapa ?! Ya, karena yang jual layangannya sudah langka, lapangan pun sudah jarang ! Main di gang, rumah – rumah sudah tingkat semua. Main di jalanan banyak banget motor dan ngebut – ngebut pula ! Kalau dulu layangan nyangkutnya di pohon, kalau benang ditarik – tarik paling daun yang rontok dan ga ada yang marahin ! Tapi kalau sekarang ?! Nyangkutnya hampir pasti di antena tv ! Di oyag – oyag bisa kena damprat orang yang lagi nonton ! Hehehe...

Untuk sedikit mengenalkan kesenganan di masa kecil itu. Maka Travelista mengajak Si Buah Hati piknik ke Museum Layang - Layang yang terletak di jalan Haji Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Untuk menuju museum ini, Sobat Piknik dapat naik busway rute 1E Blok M – Pondok Labu, turun di halte jalan Pinang dilanjutkan jalan kaki sekitar 500 meter menyusuri jalan raya Pondok Labu dan jalan Haji Kamang.

Jika dilihat dari luar, museum ini tampak tidak terlalu besar. Namun saat Sobat Piknik masuk ke halaman museum, baru terlihat luas & asrinya tempat ini. Sepanjang jalan di halaman museum tampak berwarna - warni karena dilukis layang - layang berbagai bentuk dan ukuran.

Museum layang - layang buka setiap hari dari pukul 09.00 - 16.00 WIB dan tutup pada hari libur nasional. 

Untuk masuk ke museum ini Sobat Piknik akan dikenakan biaya paket tour Rp 15.000 meliputi kegiatan menonton film dokumenter tentang layang - layang, melihat koleksi museum yang dipandu oleh Tour Guide serta membuat dan mewarnai layang - layang kertas. 

Bagi Sobat Piknik yang menginginkan kegiatan tambahan seperti membuat keremik atau batik, melukis wayang, topeng, lampion, kipas, kaos atau payung akan dikenakan biaya bervariasi Rp 50.000 – Rp 100.000.

Karena Buah Hati Travelista belum terlalu mengerti. Maka Travelista putuskan untuk pilih paket standart saja. 

Yuks, Kita mulai tour ini ! Dimulai dengan menyaksikan film dokumenter tentang sejarah layang – layang dengan durasi sekitar 10 menit. Di sebuah bangunan dengan gobyokan khas rumah adat Jawa Tengah.


Film dokumenter ini menceritakan tentang sejarah, nilai budaya hingga berbagai variasi bentuk layang – layang yang Travelista tidak ketahui selama ini. Wah, bagus juga nih untuk menambah pengetahuan dan sebagai pengantar saat nanti Sobat Piknik dijelaskan latar belakang setiap koleksi layang – layang di ruang pamer museum oleh Tour Guide. 

Ya, jadi nggak nge blank – nge blank bangetlah ! Kan kasihan Tour Guide nya, kalau pas kita diterangkan tentang sesuatu, kita nya planga – plongo, belaga ngerti tapi tatapannya kosong kaya orang kena hipnotis #Upsss... Makanya, simak baik – baik filmnya ya Sobat Piknik ! Hehehe...

Ok, sudah punya sedikit gambaran tentang layang – layang ! Yuks, kita ikuti Tour Guide On Duty ! Bertempat di sebuah bangunan limas dengan pendopo bergaya entik Jawa Tengah. Sobat Piknik akan diperkenalkan dengan beberapa layang – layang raksasa.

Mulai dari bentuk orang menari, delman, perahu, burung, gajah, capung, kupu – kupu, naga hingga kuda pegasus yang dulunya pernah diterbangkan pada sebuah festival atau perlombaan. 

Pokoknya, akan membuat Buah Hati Sobat Piknik antusias untuk bertanya tentang bentuk semua layang - layang raksasa 3 dimensi yang dipamerkan di pendopo ini.

Memasuki ruang pamer utama, Sobat Piknik akan disambut sebuah meja panjang yang berisi pin tentang layang - layang. Dan di ruang ini Sobat Piknik juga dapat menikmati koleksi layang – layang yang berasal dari berbagai daerah Nusantara dan Mancanegara seperti Tiongkok, Turki, Jepang, Thailand, Malaysia, Korea, Kamboja, Italia, Belanda dan banyak lagi Negara lainnya

Hal ini tentu akan menambah wawasan kepada Si Buah Hati bahwa tidak hanya Indonesia saja yang punya permainan tradisional layang - layang.

Selain layang – layang dan pin, di ruang ini juga dipajang guci dengan gambar layang – layang, miniatur, foto kegiatan, lukisan dan berbagai piagam penghargaan yang diraih koleksi museum ini. Pokonya all about kite lah... 

Dan di salah satu sudut ruangan juga dipajang foto Sang Pemilik Museum Layang - Layang ini yaitu Endang Ernawati seorang penggemar layang – layang, barang antik dan juga seorang pakar kecantikan.

Di ruang ini terdapat koleksi layang – layang berbahan alami di antaranya layang – layang daun dadap dari Banyuwangi, layang – layang pelepah daun pisang dari Sumbawa dan masih banyak lagi yang lainnya. Tentu sayang sekali jika Sobat Piknik dan Si Buah Hati tidak melihat koleksi yang satu ini. 

Di ruang ini Sobat Piknik juga dapat melihat koleksi layang - layang Pengantin asal Kalimantan. Yang harus diterbangkan sepasang dan digantungi alat musik mirip kentongan, sehingga mengeluarkan bunyi seperti tiupan seruling saat diterbangkan. 

Layang - layang ini diterbangkan ketika ada upacara adat pernikahan, sehingga Penduduk sekitar dapat mengetahui bahwa ada acara pernikahan di desa tetangga ketika melihat layang - layang ini diterbangkan. Waaah... Sebuah kearifan lokal yang rasanya sudah mulai jarang ditemui ya Sobat Piknik ?!

Selesai sudah Travelista dan Buah Hati diajak melihat koleksi yang ada di dalam museum. Sekarang saatnya mengajak Si Buah Hati membuat dan mewarnai layang – layang kertas dipandu oleh Tour Guide.

Selesai membuat dan mewarnai layang – layang, kini saatnya mengajarkan Si Buah Hati untuk menerbangkan layang – layang di halaman museum. 

Kalau ada angin kencang, ya bisa terbang tuh layang – layang. Tapi kalau sedang tidak ada angin, suruh saja Si Buah Hati untuk berlari - lari menerbangkan layang – layang di halaman museum. Biarpun tak terbang tinggi yang penting Si Buah Hati senang #Ituintinya.

Tuntas sudah paket tour yang Travelista pilih. Namun di beberapa sudut halaman museum terdapat koleksi yang sayang untuk dilewatkan. Seperti layang – layang dari anyaman daun – daun kecil, layang - layang naga yang tergantung di bagian luar ruang pamer utama.

Juga terdapat rumah panggung yang biasa digunakan untuk berbagai kegiatan pengunjung dan pemilik museum. 

Terdapat juga tangga akses menuju rumah tinggal sang pemilik museum yang juga merupakan sebuah sanggar budaya.

Sebelum pulang, Sobat Piknik juga dapat masuk ke sebuah ruang pamer layang – layang dengan karakter Tokoh Pewayangan. Pokoknya kerenlah Sobat Piknik ! 

Fungsi layang – layangnya bukan hanya sekedar sebuah permainan tradisional. Tapi sudah bergeser menjadi sebuah karya seni yang mengangkat kearifan lokal. #Hebat.


Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...


Pesan moral :
Layangan yang dihembus angin harus kuat diikat benang sebagai kendali serta dibutuhkan keterampilan memainkannya. Demikian juga hidup. Ketika diuji, kita harus berpegang kuat pada pedoman iman agar kita terampil mengendalikan diri di setiap fase kehidupan yang kita alami.

Komentar

ARTIKEL PALING BANYAK DIBACA

Mengenal Lebih Dekat Muhammad Husni Thamrin

Bagi Sobat Piknik yang sering ikut Car Free Day pasti sudah tidak asing lagi dengan jalan MH Thamrin. Sebuah nama jalan protokol Ibukota yang membentang dari bundaran HI sampai dengan bundaran air mancur di kawasan Monas yang diapit oleh patung kuda Arjuna Wijaya dan patung MH Thamrin. Hmmm... Jadi penasaran dengan tokoh yang dijadikan nama jalan tersebut !? Siapakah beliau ? Yang konon merupakan Pahlawan Nasional yang berasal dari tanah Betawi. Mencoba untuk mencari informasi lebih banyak dari referensi internet. MH Thamrin adalah salah satu tokoh penting dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia.  Hmmm ... Makin ingin mengenal lebih dekat dengan tokoh yang satu ini ! Let’s go...! Kita susuri jejak Muhammad Husni Thamrin dengan menapaktilasi perjalanan hidup sang diplomat ulung yang pernah Indonesia miliki di sebuah museum yang terletak di gang Kenari 2 kawasan Senen Jakarta Pusat. Untuk menuju museum ini, Sobat Piknik dapat naik busway rute 5 Ancol – Kampung Mela...

Melihat Miniatur Kalimantan Selatan di Dalam Sebuah Museum

Berkunjung ke museum sebelum melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya adalah hal yang bijak di tengah keterbatasan waktu sambil menunggu penerbangan. Di sela waktu tunggu kali ini Travelista sempatkan untuk mengunjungi museum Lambung Mangkurat yang terletak di jalan Ahmad Yani Kota Banjar Baru. Pertama kali didirikan pada tahun 1907 oleh pemerintahan hindia belanda untuk menyimpan temuan artefak purbakala di Kalimantan Selatan dengan nama museum Borneo namun fungsinya dihentikan saat tentara jepang mulai menduduki Kalimantan Selatan. Borneo museum in Bandjarmasin 1907 koleksi Tropen Museum Pada tanggal 22 Desember 1955 dengan koleksi barang - barang pribadi miliknya. Amir Hasan Kiai Bondan mencoba menghidupkan kembali museum Borneo yang diberi nama museum Kalimantan. Pada tahun 1967 bangunan museum dipugar dan diberi nama museum Banjar hingga dibangun gedung museum baru bergaya rumah Bubungan Tinggi modern yang diberi nama Lambung Mangkurat dan diresmikan kembali oleh Mendikbud D...

Pusat Pemujaan Kerajaan Tarumanegara

Sebenarnya sudah beberapa kali Travelista bertugas di pusat kota Karawang. Namun baru kali ini Travelista sempat mengunjungi situs percandian Batujaya yang lokasinya cukup jauh dari pusat kota. Karena benar – benar niat, maka Travelista naik KRL dari stasiun Manggarai ke stasiun Cikarang disambung motoran dengan Sobat Kantor yang bersedia mengantar Travelista ke situs percandian Batujaya. Hehehe… Dari stasiun Cikarang, jarak ke situs percandian Batujaya sekitar 30 km melalui jalan Sukatani - Cabang Bungin - Batujaya kemudian berbelok ke jalan raya candi Jiwa. Setelah motoran sekitar satu setengah jam dari stasiun Cikarang, akhirnya Travelista sampai gapura jalan raya candi Jiwa. Motor Travelista parkir di museum situs candi Batujaya yang diresmikan tahun 2006. Di dalam museum, Sobat Piknik dapat melihat artefak yang ditemukan saat ekskavasi di situs percandian Batujaya seperti manik - manik, potongan kayu, arca, votive tablet atau keping tanah liat berbentuk miniatur stupa, gerabah...