Seminggu di kota Bandar
Lampung. Diisi kesibukan dengan kerja, kerja dan kerja. Pulang kantor hanya
diisi dengan cari kuliner malam ditemani driver ojek online dan nongkrong di
tugu Adipura.
Kenapa nongkrong di situ ? Ya, karena kebetulan hotel tempat
Travelista menginap ada di sekitar tugu tersebut. Hehehe...
Seminggu sudah waktu berlalu, tiket balik ke Jakarta sudah dibooking dengan jadwal penerbangan sore hari. Masih ada sedikit waktu untuk mencari oleh – oleh khas Lampung dan berkunjung ke spot wisata di tengah kota agar tidak terlambat ke bandara.
Yuks, segera bergegas cari oleh - oleh khas. Kalau di Lampung, ya apalagi kalau bukan keripik pisang.
Salah satu sentra penjualan keripik pisang di kota Bandar Lampung terdapat di jalan
Pagar Alam Kedaton. Di Sepanjang jalan ini, Sobat Piknik akan dengan mudah
menemui kedai penjual keripik pisang yang sudah dibungkus maupun dalam keadaan
curah.
Satu hal yang membuat asik belanja di sini adalah Sobat Piknik dapat
mencicipi semua rasa yang ada sebagai tester sebelum membeli. Berbeda jika
Sobat Piknik membelinya di toko oleh – oleh. Asik bukan ?
Saran Travelista, cobain saja semua rasa yang disediakan dalam wadah dari ujung ke ujung. Dua kali balikan saja ! Insya Alloh kenyang ! Ya kalo ditimbang semua keripik yang sudah dicicipi, mungkin ada setengah ons. Hehehe...
Saran Travelista, cobain saja semua rasa yang disediakan dalam wadah dari ujung ke ujung. Dua kali balikan saja ! Insya Alloh kenyang ! Ya kalo ditimbang semua keripik yang sudah dicicipi, mungkin ada setengah ons. Hehehe...
Oleh –
oleh sudah di tangan, jam penerbangan masih cukup lama. Langsung kembali ke kantor
lalu berangkat ke bandara, Travelista rasa bukan pilihan bijak. Masa pulang ga
bawa bahan buat posting di blog. Hehehe...
Sedikit
maksa, Travelista minta personil cabang untuk diantar ke museum Lampung yang terletak di jalan Teuku Umar Sukarame. Dibangun pada tahun 1975 dan
diresmikan pada tanggal 24 September 1988 oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hasan.
Di halaman
museum, terdapat beberapa koleksi seperti artefak jaman prasejarah, meriam kuno
peninggalan masa penjajahan, replika rumah adat Lampung atau lamban pesagi dan
lumbung padi buatan tahun 1880 berbentuk panggung yang bertujuan untuk
melindungi si pemilik rumah atau simpanan bahan makanan dari binatang buas.
Maklum,
Lampung tempo dulu dikelilingi hutan belantara yang dihuni badak, gajah maupun harimau Sumatera yang terkenal buas.
Di sisi
selatan museum terdapat jangkar kapal, rambu laut dan bola besi yang digunakan sebagai
alat untuk membuka lahan pertanian dalam program transmigrasi pada tahun 1953 –
1956.
Dulunya bola besi ini ditarik dengan menggunakan traktor untuk
menumbangkan pohon dan semak di lokasi transmigrasi di wilayah kabupaten
Lampung Timur.
Museum Lampung buka setiap hari kecuali hari senin dan hari
libur nasional. Adapun waktu operasional museum ini adalah jam 08:00 - 14:00 WIB dan khusus
hari jumat buka dari jam 08:00 - 10:30 WIB.
Cukup singkat yah jam
operasionalnya ?! Jadi, bagi Sobat Piknik yang ingin berkunjung ke museum ini,
perlu diperhatikan waktu kunjungan agar saat sampai di museum ini masih
buka.
Untuk masuk ke dalam museum, Sobat Piknik akan dikenakan tiket masuk
seharga Rp 5.000 perorang.
Memasuki ruang pamer di lantai bawah, Sobat Piknik akan disuguhkan
dengan koleksi benda – benda jaman prasejarah, kerajaan hingga jaman kolonial, hewan endemik Sumatera yang diawetkan, koleksi prasejarah seperti fosil manusia purba dan artefak yang digunakan.
Pada ruang pemer ini juga memajang koleksi batuan semburan gunung
Krakatau yang meletus pada 23 Agustus 1883. Juga beberapa batuan
mineral yang terdapat di provinsi Lampung seperti batu pasir dan batu bara dari
kabupaten Tulang Bawang, batu kalsedon dan marmer dari Kabupaten Lampung
Selatan, batu gamping dari kabupaten Way Kanan serta batu kuarsit dari kabupaten Lampung Tengah.
Di sini juga memajang benda arkeologi seperti yoni,
prasasti Dadak dan prasasti Bungkuk yang ditemukan di kabupaten Lampung Timur,
prasasti Pasemah yang ditemukan di kabupaten Lampung Selatan, prasasti Ulu Belu
yang ditemukan di kabupaten Tenggamus serta prasasti Bawang dari kabupaten
Lampung Barat.
Di museum ini juga memajang koleksi senjata tradisonal
masyarakat Lampung maupun senjata peninggalan kolonial. Selain itu, di sini
juga disimpan pedang milik Radin Inten II dan silsilahnya.
Perlu Sobat Piknik
ketahui bahwa Radin Inten II merupakan keturunan Sunan Gunung Jati yang
memimpin perjuangan melawan kolonial belanda pada tahun 1851 yang kemudian
namanya diabadikan menjadi pahlawan nasional dan bandara Lampung.
Masih di lantai yang sama, terdapat beberapa koleksi berbahan
keramik seperti guci, piring, gelas yang berasal dari Dinasti Ming dan Negeri Siam
yang terpajang rapi dalam etalase.
Setalah
menikmati semua koleksi yang ada di lantai 1. Sobat Piknik dapat naik ke Lantai
2 museum yang memajang koleksi benda budaya yang mewakili dua kelompok adat
yang dominan di Lampung yaitu Sai Bathin dan Pepadun. Kedua kelompok adat
memiliki kekhasan dalam hal ritual adat dan aksesoris yang digunakan seperti
kain tapis.
Di sini memajang
diorama rangkaian ritual kedua kelompok adat secara berurutan. Mulai dari
ritual kelahiran, asah gigi menjelang dewasa, pernikahan hingga ritual
kematian. Mmmm... Sebuah siklus kehidupan yang tentu kita jalani ya Sobat
Piknik.
Di tengah
ruang pamer terdapat seperangkat gamelan yang merupakan salah satu alat ritual
milik masyarakat Pepadun.
Selain itu, di lantai ini juga Sobat Piknik dapat
menikmati koleksi berupa perahu lesung yang diperkirakan berumur lebih dari 150
tahun yang ditemukan di Tembagi Besar kabupaten Lampung Tengah.
Selesai
sudah kunjungan singkat ke museum Lampung. Pulang bawa oleh – oleh dan ensiklopedi budaya Lampung tentunya. Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
Museum adalah
salah satu sarana pelestari sejarah peradaban. Museum fungsinya sangat penting
bagi suatu dearah untuk merakam jejak peradaban suatu masyarakat. Museum Lampung
sebagai contohnya, di mana peradaban suku asli sudah berbaur menjadi satu
dengan suku pendatang. Sehingga agak sulit ditemukankan nilai budaya asli dalam
kehidupan sehari – hari. Dalam kondisi tersebut, museumlah referensi sejarah
sebuah peradaban jika kelak generasi yang akan datang ingin menghidupkan
kembali sejarah yang telah hilang. Namun sayang, museum kebanggaan masyarakat Provinsi
Lampung tampak kotor dan kurang terawat. Maaf yah PEMDA Lampung, ini adalah sekedar
sebuah masukan untuk perbaikan. #AYOKELAMPUNG.
Komentar
Posting Komentar