Hari terkahir di kota
istimewa, Travelista masih punya sedikit waktu sebelum check out dari penginapan untuk
menelusuri sebagian kecil sudut kota ini.
Menyusuri Malioboro dikala sepi,
sarapan pagi di Beringharjo, bercengkrama di nol kilometer, lari pagi di alun –
alun utara, mengunjungi Masjid Agung, naik becak menyambangi Keraton dan Taman
Sari.
Semua
Travelista lakukan secara marathon, sebagai tanda beratnya meninggalkan kota istimewa ini.
Tidak ada keluh kesah, melainkan sebuah rangkaian
cerita penuh makna never ending asiknya.
Ijinkanlah aku untuk slalu pulang
lagi, bila hati mulai sepi tanpa terobati. Ya, mungkin itulah pinta Travelista
sesuai dengan lirik lagu Jogyakarta karya KLA Project.
Selesai sudah piknik kali ini. Sampai jumpa di piknik selanjutnya...
Pesan moral :
- Tiada kebahagian yang terindah di dunia selain melihat orang tua kita merasa bahagia. Bahagiakan mereka selagi ada, bahagiakan selagi sehat.
- Angkringan simbol kesederhana yang istimewa. Di mana semua lapisan masyarakat dapat kumpul bersama di angkringan yang telah menjadi bagian budaya Jogja.
- Tawar menawar harga adalah salah satu sebab komunikasi terjadi antara penjual dan pembeli sehingga tercipta sebuah interaksi saling peduli di antara sesama.
- Bule selalu menjadi sasaran interview dan foto bersama adalah bukti keramahan bangsa ini yang tidak ditemukan di belahan dunia lain. Yang bikin mereka kangen untuk balik lagi.
- Banyaknya tempat makan legendaris adalah bukti konsistensi resep dan rasa yang selalu mengungkit romantisme suatu fase perjalanan hidup.
- Tiada bahasa paling indah selain senyuman. Jadi, apapun kondisinya, apapun jawabannya. Balaslah keramahan dengan senyuman.
- Masangin adalah sebuah fenomena alam yang terbungkus dalam sebuah mitos. Yang harus kita jaga sebagai warisan budaya. Yang akan merangsang perkembangan kreativitas dalam berfikir.
- Tidak obat untuk mengobati rindu. Tiada alasan pergi dari Jogja selain kembali lagi.
Komentar
Posting Komentar